Rabu, 31 Agustus 2011

Kami Bukan Anak Sekolah yang Populer :)

Halo, my blogger friends! Apa kabar? Hari ini adalah hari Lebaran, aku ucapkan selamat bagi yang merayakan dan maaf lahir batin jikalau aku ada kesalahan selama ini, hihihihi :)
Tanggal 30 Agustus kemarin, bertepatan dengan malam Lebaran, aku berkesempatan untuk bertemu dan menghabiskan banyak waktu dengan Tika, sahabat ketika aku masih duduk di bangku SMP. Ini sangat istimewa bukan hanya karena kami sudah lama nggak bertemu, tapi juga karena kami bisa mengingat apa yang kami lalukan di masa pra remaja, merenungkannya dan bersyukur bahwa kami nggak memilih "jalan" yang salah...



Jalanan macet sekali. Karena kami memutuskan untuk bertemu on the spot, kami sempat beberapa kali mengganti titik temu. Setelah sepertinya kami hampir bisa melihat semua sudut kota Bandung karena kebanyakan berkeliling, kami memutuskan untuk bertemu di PVJ, sebuah mall besar yang menurut perkiraan kami masih memiliki cukup tempat untuk dinner kami.
Tapi ternyata semua restoran sudah fully booked (kebanyakan untuk berbuka puasa), jadi kami putuskan untuk melihat-lihat toko pakaian dan mencari buah tangan untuk keluarga kami di rumah. 


Tika dan aku di mobil.


Dinner yang tertunda memberikan kami banyak waktu untuk mengobrol sambil memilih-milih pakaian. Kami membicarakan banyak hal, dari mulai kenangan masa pra remaja sampai pengalaman hidup kami sekarang. Aku hampir nggak percaya bahwa Tika sekarang sudah menjadi ibu untuk seorang anak laki-laki lucu bernama Uno. Ia juga sukses dengan karirnya di dunia bernyanyi. Tika bilang semua orang berubah, dan dia sangat bersyukur karena berubah menjadi yang lebih baik, bukan sebaliknya. Dia lalu melanjutnya, "Dan kalau nggak mengenal lo sejak dulu, gue nggak akan percaya kalau ini adalah 'lo'. Waktu gue terima kabar kalau lo jadi seorang penulis.. Rasanya seperti... nggak nyangka...".

Iya, kami berdua sama-sama nggak menyangka. Mungkin bagi kalian ini terdengar aneh, tapi bagi kami ini memang sulit dipercaya. Pasalnya kami menjalani masa SMP dengan nggak terlalu mudah. Kami sering diejek karena "berbeda". Saat kebanyakan di sekitar kami sedang semangat-semangatnya untuk mengejar lawan jenis, kami malah semangat untuk bermain dan menjadi juara di kelas. Kami sangat menikmati waktu sepulang sekolah untuk bermain di gang-gang dekat rumah Tika, berpura-pura tersesat lalu pulang ke rumah masing-masing saat matahari hampir tenggelam. Kami juga menikmati saat kami belajar bersama. Secara bergantian kami mengerjakan PR di rumah salah satu dari kami. Meski terkadang "jiwa bandel" kami tiba-tiba muncul, lalu memboyong PR kami ke rumah Hardline ---keponakan dari pengusaha makanan--- dengan harapan kami diberi donat gratis disana, hihihihi... 








Kami sering dipanggil "culun", entah kenapa. Katanya potongan rambut kami kampungan dan pakaian kami nggak gaul. Padahal kami merasa nggak ada yang salah dengan itu. Our haircut was fine and also our clothes, ---dulu, sekarang--- kami pikir begitu. Tapi anak-anak lain mengejek kami semakin parah, malah tas kami sempat dirampas dengan alasan mereka lebih pantas memakai tas-tas itu. Kami sama sekali nggak melapor pada guru atau orang tua. Kami pikir, sudahlah, cuma tas, toh itu sama sekali nggak mengganggu kebahagiaan kami.
Ternyata reaksi kami membuat anak-anak nakal itu menjadi lebih marah. Mulai bermunculan fitnah-fitnah yang mengatasnamakan kami. Lucunya kebanyakan tentang lawan jenis. Misalnya aku naksir anak laki-laki dari kelas sebelah dan Tika merebut pacar si "ini". Lalu si "itu" yang pacar si "ini" melabrak Tika dan membawa-bawa aku karena aku dicap kecentilan! Waw, itu skenario brilian ya buat pra remaja usia 13 tahun, hahahaha....
Padahal waktu itu kami bahkan belum berpikir untuk berpacaran. Aku ingat dengan jelas betapa "straight"nya kami waktu dulu. Untuk urusan lawan jenis, percintaan bahkan seks, kami lebih percaya untuk bertanya langsung pada orangtua kami, bukan dari video atau gambar-gambar nggak senonoh yang ditunjukan dengan paksa oleh anak-anak nakal pada kami. 





OOTD: Hairband: Gift from Cut Hanna, Blouse: Sogo Dept. Store, Skirt: Pabrik Bajoe, Shoes: gift from Ray. 



Waktu sudah menunjukan hampir jam 8 malam. Nggak terasa kami sudah berputar-putar di toko pakaian selama 2 jam. Tika akhirnya memutuskan untuk membeli beberapa potong pakaian untuk orangtua, anak dan suaminya. Sedangkan aku membeli satu potong scraf untuk Nenek dan satu potong blouse untuk aku sendiri.
"Pernah menyangka kita bisa belikan oleh-oleh untuk keluarga dan membeli baju untuk diri sendiri?", Tika bertanya tiba tiba. Aku lalu tersenyum dan menggeleng. Percaya atau nggak, masa sekolah yang sebetulnya singkat itu cukup mempengaruhi cara berpikirku ---bahkan Tika--- waktu dulu. Meski sekarang kami mengerti bahwa masa sekolah nggak pasti mempengaruhi kehidupan kami di masa depan.

Sambil mencari restoran yang agak lengang (mall ini penuhnya minta ampun!) kami terus bercerita. Dulu, banyak anak-anak seusia kami yang menganggap berkuasa di sekolah adalah "segala"nya. Mereka rela menghina dan menjatuhkan anak lain asalkan mereka jadi yang paling diingat seisi sekolah. Ada yang sengaja berkata-kata kasar supaya terlihat hebat, atau ada juga yang hobi curi-curi merokok ketika guru nggak mengajar supaya dibilang keren. Okay, jujur saja, untuk kami istilah "populer" sempat terdengar menggiurkan. Aku dan Tika pernah mencoba merokok dan 'minum' dimasa-masa pertengahan SMP. Tapi itu hanya bertahan beberapa hari, karena --- meski terdengar klise--- kami teringat orangtua kami yang sudah bersusah payah membesarkan dan mempunyai harapan bagus untuk kami. Terlebih, hal buruk nggak akan memberikan apa-apa pada kami jika dewasa nanti. Jadi lebih baik kami putuskan untuk berhenti sebelum terlarut.






All OOTD pics are by my dad. Taken at my grandma’s house.



"Gue nggak nyesel pernah jadi anak culun"
, kata Tika begitu kami dapat tempat duduk di restoran Duck King (padahal aku vegetarian, hahahaha). Dan aku sangat setuju dengannya. Menurutku masa sekolah memang terasa lama waktu kita menjalaninya. Menjadi populer di sekolah sepertinya akan bertahan selamanya. Padahal setelah lulus kita harus menghadapi kenyataan. Hidup nggak semudah menjadi ketua OSIS atau jadi pembolos terfavorit. Kita akan sadar bahwa hal yang dulu dianggap penting nggak akan pernah terasa sepenting dulu lagi.
Seperti apapun kita di masa sekolah dulu: culun, populer, ranking satu, pem'bully, dsb, hanya sedikit yang akan terbawa dimasa dewasa nanti. Masa sekolah seharusnya menjadi masa pencarian jati diri, mencari apa yang disukai dan mencari bakat kita dengan cara yang natural dan tetap menjadi diri sendiri. Bukan menjadi "diri sendiri" karena orang lain menganggap itu keren atau untuk menjadi populer.


"Gue nggak nyesel punya nyokap yang selalu cerewet mengingatkan bahwa sekolah lebih penting daripada bergaya", aku berkata sambil tertawa. Tika ikut tertawa dan memekik, "Gua jugaaaa!" :D



Mungkin teman-teman sekolah dulu nggak ada yang ingat kami sekarang karena kami nggak populer di masa sekolah. Tapi itu lebih baik daripada dikenang sebagai "anak yang nakal" sampai dewasa dan seterusnya. Don't waste your time. Manfaatkan waktu kalian. Masa SMP dan SMA sepanjang 6 tahun rasanya lebih dari cukup untuk bersenang-senang dan belajar, bukan hanya untuk menjadi populer! :)


kisses,
I.N.D.I 



Post ini dipersembahkan untuk Tika, my best friend. foto-foto ini juga khusus untuknya yang memilihkan aku blouse pink ini. Thanks for being so kind to me. Aku bangga menjadi sahabatnya seperti dia bangga terhadapku. love you, Tika :*

46 komentar:

  1. aku juga bukan anak populer di sekolah . Dan aku lbh suka kayak gini :D kayak gini :D

    BalasHapus
  2. kalian mirip ya, hehe. aku juga nggak populer Ndi, cenderung jadi pemalu. Lebih mentingin nilai rapor ketimbang jalan2. Temen deket paling ya temen sebangku, trus temen depan-belakang. Tapi seneng sih, mengingat sekarang aku di Banjarmasin sementara mereka di Jawa sana. Pasti banyak sekali kata yang keluar pas kita ketemu ntar. Oh iya, makasih ya ucapannya. Maaf lahir batin juga kalau aku ada salah berkomentar maupun mengomentari... Indi cantik sama blouse pinknya...

    BalasHapus
  3. wah kebetulan kalo aku populer :D , #bandelnya

    BalasHapus
  4. ooh ternyata indi temen smpny tika ya

    BalasHapus
  5. kadang orang yang kita anggap nothing malah gedenya malah jadi something.... :)

    BalasHapus
  6. tika t2 ya?
    emang dulu di SMP mana gitu kak?

    ceritanya inspiring sekali.
    nggak usah jadi populer kalo sampe gede kita bakal terus diinget jadi siswa populer -populer nakal, populer badung, dan populer yang "nggak banget" lainnya-

    untuk adik2ku di luar sana, manfaatin waktu SMP&SMAmu sebaik2nya! waktu ga akan pernah bisa balik lagi, :D

    BalasHapus
  7. true that! nice post thanks for sharing

    http://hippiegonemad.blogspot.com/

    BalasHapus
  8. Yay..males bgt klo populer gr2 nakal, hehe..:)

    nice photoshoot Indi!

    BalasHapus
  9. u're such a talented girl Indi. love your writing. good luck with everything!

    xx,
    Alviana

    BalasHapus
  10. memang lebih baik jadi diri sendiri kak :)

    BalasHapus
  11. ketemu dgn teman lama memang fun ya, bikin kita ingat masa2 lalu yg lucu&aneh2 :)

    Joie de Vivre

    BalasHapus
  12. Kenangan membuat ingat dengan masa lalu, semua ada hikmah nya :)

    BalasHapus
  13. @ NONASAN: memang harus nyaman, tapi buatku populer/gak bukan pilihan. keduanya bisa diterima asalkan 'menjalani'nya dengan jd diri sendiri dan gak berpikir negatif. aku rasa kalau waktu SMP aku populer, aku juga akan sebahagia kalau aku gak populer :)

    @ SADAKO: hehe, iya waktu kecil memang mirip. agak susah bedain mana tika mana indi. kalau skrg tika jauh lebih manis :) wah, sama. aku setuju, bandel sedikit boleh, tp lebih baik sekolah yg utama :) aku doakan smg kamu cepat bertemu teman2 lama ya. iya, sama, maaf lahir batin. terima kasih, itu tika yg pilihkan, hehehe :)

    @ JIN: :)

    @ LIDYA: iya :)

    @ NUEL: iya, makanya jangan mengecilkan seseorang :)

    @ SRII: di 11.. thanks, ya :)

    @ CINDY: thank u! :)

    @ ROSE: setuju sekali! itu sih namanya cuma populer krn sensasi. thanks ya! :)

    @ ALVIANA: thank u so much! :)

    @ CITRA: super agree! :)

    @ DEWANTI: hahaha, iya! :)

    BalasHapus
  14. yups, populer saat sekolah belum tentu akan jadi orang sukses :D

    BalasHapus
  15. wah Indi ternyata teman SMP nya Tika, seneng banget yaa bisa ketemu teman lama, apalagi punya banyak kesamaan dimasa lalu itu :)

    next time ketemu Tika titip salam ya Indi :D

    BalasHapus
  16. aku pernah ngrasain jadi 'populer' dan saat itu aku kemakan 'trend' , aku pernah ngrasain dijauhin ketika masa itu habis, ketika aku sakit dan semuanya terasa hilang. Dan ternyata memang lebih enak menjadi diri sendiri. Memang jauh lebih enak.

    BalasHapus
  17. u look so cute! love ur short hair!!!

    BalasHapus
  18. tika temen indi? udah ketebak kok..:))

    BalasHapus
  19. Hmm.. Anak2 populer disekolahan mnrt aku, cenderung memiliki teman2 yg gak abadi jg toh? Entahlah...

    Jd diri sendiri, maka org lain pun akan suka qta apa adanya ya... ^_^

    Sukses utk Tika dan Indi... ^_^

    BalasHapus
  20. menjadi terkenal itu kan ga harus populer juga kan kak, hehe :)
    aku setuju dengan semua omongan kak Indi. Aku kaget lho kak, ternyata kak Indi bersahabat dengan tika yg penyanyi itu :D

    BalasHapus
  21. wah..outfitnya lucu mbak..
    aku suka postingan ini,

    terlalu dini menjudge orang hari ini,
    esok hari dan nanti, kita bisa kaget dengan perubahan-perubahan yang ditemui..

    salam hangat :)

    BalasHapus
  22. Nice Blog ..

    Sukses yaa buat dirimu -Indi^^
    Salam Kenal^^

    -chaerani-

    BalasHapus
  23. cute outfit !

    xoxo,
    Rebecca
    http://rebeccaclch.blogspot.com

    BalasHapus
  24. bener banget kak indi ^^
    aku juga sempat mengalaminya,

    bukan menjadi populer, tapi mengerjakan apa yg diamanatkan sebaik mungkin, dan mengerjakan sesuatu yg disukai dengan enjoy dan bertanggungjawab *malah kayak baca UUD

    BalasHapus
  25. wah kak Indi temannya kak Tika "Titu" ya, gg nyangka masa remaja "culun" gitu, tapi emang orang yang berjalan diluar kebiasaan biasanya lebih sukses sih kak dan ak setuju soal sekolah lebih penting dibanding bergaya, makasih kak, menginspirasi sekali :)

    BalasHapus
  26. Time flew very fast ya, ga nyangka saat kita bernostalgia, ternyata segalanya sudah berubah begitu jauh...

    BalasHapus
  27. @ JENG: populer bisa aja sukses, begitu juga sebaliknya. masa sekolanh emang sering kali gak menentukan apa2 (kecuali hal2 baiknya of course)

    @ DIAH: iya... seneng banget. nanti aku sampaikan ya :)

    @ AQUA: iya, selalu seperti itu. jadi diri sendiri lebih baik :)

    @ MISS: thank u!! :)

    @ WINDA: ketebak apanya ya?

    @ LYLIANA: iya, terima kasih ya.. amen :)

    @ T: thank u! :)

    @ SOULFUL: terkenal=populer. aku bicarakan hal yg sama, hehehe. trims ya :)

    @ VANILA ERU: thanks, ya :) iya, sampai kapanpun orang pasti bisa berubah :)

    @ CLIFF: thanks :)

    @ CHAEOCHE: thanks, ya. amen. salam kenal juga :)

    @ REBECCA: thanks :)

    @ HITA PUTIH: hihihihi, bagus itu! :)

    @ FICTIONS: iya. sebetulkan kita bukan berjalan diluar kebiasaan, ya.. tapi menjalankan kewajiban :)

    @ CLAUDE: hehehe, iya... :)

    BalasHapus
  28. better be a "loser" when we were young and be a winner in the end than being a "superduperpopular" student but ended as trash :)

    proud of you, hon :)

    xoxoxo
    hugLUV

    BalasHapus
  29. what a nice tops you wore,,,
    well, i was not popular too but at least half of school students know me (even not well *smash* lol).

    keep writing dear... sadly i seldom finished what i wrote even just a short story... lucky you ;)

    http://iegha.blogspot.com

    BalasHapus
  30. Memang ada benarnya apa kata Seno Gumira Ajidarma. Kadang memang pengalaman yang biasa-biasa saja, namun ketika kita tuliskan akan menjadi catatan yang lebih dari luar biasa.

    Kata Pramoedya "Jika usiamu tak sepanjang duniamu, maka sambunglah dengan tulisan'.

    Catatan yang menggugah....

    BalasHapus
  31. aku juga bukan anak yg "populer" waktu masih sekolah dulu ~ hehehe . i'am just what i'am :)
    nice posting btw , and nice look . suka banget sama baju pink nya ~ ngegemesin :p hehe

    BalasHapus
  32. @ RAY: agree. thanks, mas. proud of u too :) xoxo. hugLuv

    @ IEGHA: thank u! :) lol, me too, even some teacher still wrong to spell my name :p what's happen? maybe it's a phase. you will get through it, i know :)

    @ WAHYU: sangat setuju dengan quote2 itu! :)

    @ ADE: nice :)) wah, terima kasih ya.. hihihi :)

    BalasHapus
  33. nope dear ;) it's about the moody thing stuff... and about time ;) ... keep writing

    BalasHapus
  34. I love your style!!!

    www.closetvoyage.com

    BalasHapus
  35. hello there :)
    thanks for dropping by at my blog :D hihi
    aww i'm really loving this soft and sweet combination or urs :) great one!

    www.sabilanata.blogspot.com

    BalasHapus
  36. @ IEGHA: well, kalau begitu semoga semua kembali membaik ya. aku juga pernah gak mood nulis. nahkan untuk diary sekalipun... i will, thanks :)

    @ CHOCOCCURO: thanks :))

    @ SABILA: helo, sabila! thank u very much! i love you style too. so cute ;)

    BalasHapus
  37. Love your outfit kak! You're so cute ;) Ketemu temen lama emang asik ya kak, ngobrolin masa lalu and nostalgia itu seru banget hehehe.

    Cheers,
    Karina Dinda R. ♥
    BLOG | TWITTER | SHOP

    BalasHapus
  38. @ KARINA: thank u! :) iya, hihihi, bikin betah ya :)

    BalasHapus
  39. lucu ya kalo inget inget jaman dulu...

    BalasHapus
  40. @ ELSA: iya... pada culun2.. hihihi :)

    BalasHapus
  41. kalo aku, ya biasa aja. culun enggak, nge-pop juga enggak. tapi, yaaaa, banyak kenal temen-teman, lhah. ga kuper-kuper amat. :D

    BalasHapus
  42. @ KATYA: nice, then. culun juga kan bukan berarti kuper. 2 hal yg berbeda :)

    BalasHapus
  43. aku jga bkan anak populer...

    . tapii aku lebih suka jadi aku sendiri... :)

    BalasHapus

Terima kasih untuk komentarnya, it's really nice to hear from you :)