Senin, 30 Juli 2012

Oops! :D



What I Wore? Headband: Candybutton | Dress: Toko Kecil Indi | Shoes: Nevada

Dulu, waktu Mika masih ada, dia selalu bilang bahwa gue nggak ceroboh, apalagi bodoh. Padahal gue sering sekali salah. Mika bilang, kalau gue sering salah itu namanya pengalaman. Dan sekarang di usia gue yang sudah dewasa gue punya banyaaaaaak sekali 'pengalaman' dalam sebuah hal. Apakah hal itu? Gue akan ceritakan dari awal...

Sejak kecil gue sudah berkacamata karena mata gue minus. Minus 5 ditambah silindris tepatnya. Bukan minus yang luar biasa besar, banyak juga kok yang sudah minus 7 atau 8 tapi masih bisa melihat dengan baik dengan bantuan kacamata. Tapi yang membuat gue berbeda, jarak pandang gue bahkan dengan menggunakan kacamata nggak lebih dari 2 meter. Lebih dari itu gue menyerah dan hanya bisa main tebak-tebakan, hihihi. Dokter bilang gue punya masalah lain yang... hmm, apa ya istilahnya? Gue lupa, yang pasti bisa diatasi dengan operasi dan gue masih harus menunggu bebepa tahun untuk operasi itu. Sementara menunggu, gue jadi punya banyak pengalaman yang sering kali mengundang tawa. Bahkan untuk gue sendiri: Gue sering sekali salah mengenali mobil! :D

Ini dia mobilnya! :p

Awalnya sih, 'pengalaman' ini (iya, gue nggak mau bilang kesalahan, seperti kata Mika) hanya terjadi sekali-kali. Lalu menjadi semakin sering ketika Ibu dan Bapak memutuskan mengganti mobil keluarga kami dengan sebuah sedan berwarna hitam. Entah kenapa, meski mobil berwarna hitam dan putih (mobil lama kami) sama-sama banyak, tapi gue kesulitan mengenali mobil baru kami.
'Pengalaman' pertama gue adalah ketika masih bekerja di taman kanak-kanak modern. Di sana banyak sekali orang tua murid yang menjemput anaknya menggunakan mobil, termasuk mobil berwarna hitam tentunya. Gue, yang sudah dikabari Ibu bahwa sudah dijemput langsung saja mencari mobil kami. Nggak lama gue melihat sebuah mobil hitam diparkir nggak jauh dari gedung TK. Gue yakin, yakiiiin sekali di dalamnya ada Ibu. Gue langsung buka pintunya, duduk di bangku penumpang dan mencari-cari sabuk pengaman. Tapi... siapa yang ada di samping gue?? Seorang perempuan muda yang bengong melihat gue  tiba-tiba masuk ke mobilnya. Ya, ampun! Ternyata ini bukan mobil Ibu! Dan dari kejauhan Ibu buru-buru menghampiri mobil gue sambil menahan tawa. Gue segera minta maaf pada perempuan di sebelah gue yang sudah setengah mati kaget, lalu segera tertawa keras setelah keluar dari mobilnya karena gue sadar bahkan merk mobilnya pun berbeda! Hahahaha, gue benar-benar merasa konyol! :D

Lalu 'pengalaman' ke dua terjadi ketika mempersiapkan pesta ulang tahun gue sendiri. Gue menenteng beberapa tas berisi gelas-gelas plastik dan hiasan dinding sambil berjalan ke tempat parkir. Nggak mau kejadian yang sama terjadi lagi gue betul-betul mengamati mobil di sana satu persatu. Gue menyipitkan mata berharap bisa melihat dengan lebih jelas. Dan berhasil! Well, seenggaknya gue pikir begitu... Gue melihat mobil sedan berwarna hitam dan membuka kuncinya. Putar kiri.. putar kanan... Kok nggak bisa? Putar lagi... Alarm berbunyi! Ya, Tuhan! Jangan-jangan gue salah mobil lagi! Segera gue mengintip ke jendela mobil itu, mencari-cari CD Aerosmith yang gue tinggalkan di dalam. Nggak ada! Positif! Gue salah mobil! Langsung saja gue bergegas meninggalkan mobilnya, karena salah-salah bisa disangka maling, hahaha. Untung saja nggak jauh dari sana gue menemukan mobil hitam lain. Gue segera menyiapkan kunci dan bersiap membukanya sampai sepasang suami istri menghampiri mobil yang sama dan bertanya, "Salah mobil ya, Dik?" Ya, ampuuuuuuun ternyata masih salah! :p



Semakin banyak 'pengalaman' gue dalam salah mengenali mobil, semakin khawatir pula Ibu. Beliau mewanti-wanti agar gue jangan cepat nervous waktu nggak bisa melihat dengan jelas, tapi dengan tenang hampiri dulu mobilnya, periksa, baru buka pintunya. Ya... gue memang begitu sih, suka merasa ada yang memperhatikan waktu gue lagi mengamati mobil-mobil hitam itu, padahal kan belum tentu, hehehe. Jangan salah kira, gue hapal lho plat nomor mobil keluarga gue, cuma karena plat nomornya itu kecil dan posisinya di bawah, gue harus melihat dari dekat sekali supaya jelas. Tapi demi mengurasi frekuensi 'pengalaman', gue bertekad akan lebih hati-hati lain kali.

***
Beberapa hari yang lalu, seperti biasa gue pulang bekerja dijemput Ibu. Beliau mengabari lewat SMS bahwa mobil diparkir tepat di depan gedung. Gue pikir, well, ini bakal mudah, tapi sesuai janji gue, gue akan lebih berhati-hati. Waktu gue keluar dari gedung matahari sedang panas-panasnya dan sinarnya pas banget ke arah wajah gue. Samar-samar gue melihat mobil hitam di pojok kanan dengan pintu terbuka. Nggak mau buru-buru memutuskan gue melihat dulu ke sekeliling untuk memastikan nggak ada mobil hitam lain.
Begini, tempat parkir di gedung pre school tempat gue bekerja cukup besar. Ada 4 line yang dipisahkan oleh satu tempat berputar. Jadi untuk melihat sampai pojok gue jaraknya tentu saja sangat-sangat-sangat jauh dibandingkan jarak pandang gue yang kurang dari 2 meter.
Yang gue lihat cuma 2 mobil di sana, 1 mobil siver dan 1 mobil hitam, jadi pastilah yang hitam itu mobil Ibu. Dengan langkah mantap gue hampiri mobil itu sembari tersenyum kepada 2 orang pengurus pre school yang gue lewati. Setelah cukup dekat dari mobil hitam, kira-kira jarak 1 meter, gue baru sadar bahwa mobil di depan gue bukan mobil Ibu! Terlebih itu mobil mini bus, bukan sedan! Hah? Again?? Ya, ampun, malu sekali gue... Apalagi Ibu langsung membunyikan klakson dan teriak, "Disini!" dari arah kiri gue. Ternyata oh, ternyata tempat yang gue pikir kosong adalah tempat dimana Ibu parkir. Gue nggak bisa melihatnya karena tempatnya sama dengan arah datangnya sinar matahari! Hahaha, Ibu nggak bisa menahan tawa, begitu juga dengan 2 orang pengurus pre school yang menyadari bahwa gue salah mobil! :'D


Gue nggak bisa bilang apa-apa selain berjanji akan lebih hati-hati lagi. Yang salah bukan mata gue, meski memang iya nggak terlihat tapi seharusnya gue nggak pernah buru-buru mau buka pintu lagi, hihihi. Berhubung mata gue belum bisa 'diperbaiki' dalam waktu dekat, selagi menunggu biarkanlah pengalaman-pengalaman ini menjadi sesuatu yang lucu untuk ditertawakan oleh gue dan Ibu. Lucu bukan berarti bodoh, kan? Karena gue percaya, seperti kata Mika, salah nggak selalu berarti bodoh. Tapi kumpulan kesalahan sudah pasti menjadi pengalaman! :D


 

Laugh at yourself, but don't ever aim your doubt at yourself. Be bold! (Alan Alda).


sugar smile,

Indi
(twitter-facebook)










____________________________________________________________
Untuk sponsorship, silakan SMS ke 0818618363 atau email ke namaku_indikecil@yahoo.com. Toko Kecil Indi baru dibuka kembali setelah hari raya lebaran. Terima kasih untuk semua pesanannya, ya ;)

Sabtu, 21 Juli 2012

Raindrops on Roses and Whiskers on Kittens...


Hayyyyy, my beloved friends! It's been a while gue nggak update blog ini. Miss you, guys. Rindu main-main ke blog kalian dan membalas komentar-komentar menyenangkan dari kalian! :') Bagaimana kabarnya? Semoga baik, ya, dan untuk teman-teman yang sedang puasa, semoga lancar terus sampai akhir, ya. Amen :)

Belakangan ini, jujur saja gue sedang bersedih karena ada sesuatu yang mengecewakan gue. Gue nggak bisa bilang itu apa, tapi "masalah" ini cukup besar dan tadinya gue berharap banyak. Juga, gue yang dirugikan dengan keadaan ini karena gue berada di posisi yang lemah. "Masalah" ini sering buat gue menangis belakangan, mood gue up and down dan kadang bikin susah konsentrasi. Bahkan berpura-pura bahwa John Frusciante masih di Red Hot Chili Peppers pun nggak membuat gue merasa lebih baik :(
Gue punya "toleransi" sama diri sendiri tentang "durasi masa berkabung" kalau gue sedang bersedih. Gue boleh berkabung selama beberapa hari, tapi setelah itu life must go on, gue harus lebih membuka mata dan hati bahwa hidup gue bukan cuma berisi kesedihan, tapi juga banyak berkat Tuhan yang terselip bahkan di sela-sela kesedihan gue. Seperti sekarang, meskipun gue merasa ini berat, tapi mengingat bahwa gue dikelilingi hal-hal baik, sekecil apapun, membuat gue merasa better :) Dan gue buat list nya supaya terus ingat bahwa gue blessed... Selain keluarga yang penuh cinta, inilah hal-hal yang gue alami belakangan yang membuat gue tersenyum:


1. a Lover

Ray tahu bahwa perasaan gue sedang nggak enak. Bahkan sebelum gue bilang pun ia tahu karena... ia memang selalu tahu. Sekeras apapun gue berusaha menutupi pasti suasana hati gue akhirnya keluar tanpa disadari. Mendadak rewel, alergi kambuh terus, mendadak nggak kreatif dalam mengambil keputusan... Hehehe... :) Bukannya gue nggak ingin Ray tahu tentang 'masalah' gue, tapi gue hanya mencari waktu tepat kapan untuk bercerita. Setelah seharian kerja bukan waktu yang tepat untuk mendengar cerita buruk, kan? Untung saja Ray selalu bisa membuat gue tersenyum. Meski pekerjaannya sedang padat, Ray selalu menyempatkan untuk menghabiskan waktu bersama gue. Menjemput gue sepulang belanja keperluan sehari-hari dengan Ibu lalu mengajak dinner tanpa rencana, atau menggunakan tiket bioskop gratisan untuk menghabiskan sore bersama menonton film yang... well, not really our type, hihihi. Tapi semuanya menyenangkan dan membuat gue merasa istimewa. Ray menggunakan waktu kami yang sedikit untuk membicarakan hal-hal positif yang membuat gue nggak takut untuk berharap "masalah" gue membaik. Ray bilang, biarlah "masalah" yang sedang gue hadapi ini berlalu tanpa terlalu dipikirkan, toh yang harusnya terjadi tetap akan terjadi, dan untuk membuat gue nggak terfokus dengan hal ini Ray merencanakan sebuah project untuk kami! Yaiy! Meski kami belum tahu akan seperti apa hasilnya kami berjanji satu hal: kami nggak akan berhenti. Jadi harapan untuk berhasil akan selalu ada :) Thanks, Ray :))


2. a Friend(s)


15 Juli 2012, premiere filmnya Adi. Captured by his I phone dan cuma 3 foto ini yang nggak nge-blur :p

Tahun lalu gue ditawari bekerjasama untuk sebuah project. Setelah satu tahun tersendat-sendat akhirnya tahun ini berjalan juga, tapi too bad hampir seluruh tim yang terlibat diganti :( Gue sangat bersedih, tapi lalu gue sadar bahwa nggak menjadi sebuah tim kerja pun kami tetap bisa berteman! :D Dua diantara mereka, Kak Ario (sutradara) dan Adipati (aktor) tetap berteman baik dan selalu menghubungi jika salah satu dari mereka ke Bandung. Bahkan seperti ada perjanjian nggak tertulis, kalau Adipati punya film baru, pasti ia hubungi gue dan beri gue tiket gratis, hihihi. Jumlahnya tergantung yang gue minta, lho :) Bahkan ketika premier film dan ia ditanya siapa gue oleh sebuah media, ia menjawab, "Ini Indi, teman gue. Dia penulis novel, lho". Wah, terharu rasanya :) Dan Kak Ario, ia dan istrinya seperti keluarga bagi gue (bahkan bagi Ibu dan Bapak gue). Setiap kali gue berulang tahun, mereka pasti sempatkan untuk menelepon gue dan mengucapkan selamat. Mereka juga selalu menghibur jika gue merasa sedih... Saat adik dari Kak Ario menikah, gue pun diundang. I feel really special, really. Dari mereka gue belajar bahwa di saat sesuatu yang buruk terjadi, pasti tetap ada hal baik. Dan dalam kisah ini adalah mereka. Thanks, Adi. Thanks, Kak Ario :))
Adipati pernah bilang bahwa tahun ini adalah "our year", dan gue percaya meski kami nggak bekerja dalam satu project, tapi tahun ini akan menjadi tahun kami dalam 'keberhasilan' masing-masing :)


3. New Job

21 Juni 2012, school leavers ceremony. Gue menjadi perempuan Indian dan 2 murid gue menjadi cowgirl :)

Mengalami empat bulan menyenangkan sebagai seorang guru di sebuah TK membuat gue berat sekali untuk meninggalkan rekan kerja dan, terutama murid-muridnya di sana. Dan, syukurlah setelah satu bulan bekerja di pre school yang baru gue sangat bisa menikmati suasananya. Partner kerja yang menyenangkan, anak-anak yang manis dan atasan yang baik dan fair :) Jujur saja tadinya gue takut nggak bisa beradaptasi di tempat yang baru. Bahasa Indonesia adalah bahasa Ibu gue, dan harus berbicara bahasa Inggris sepanjang hari merupakan sebuah tantangan! Tapi semakin hari rasanya semakin terikat juga gue dengan anak-anak di sana. Menerima banyak pelukan dan ciuman dari mereka menguatkan gue untuk terus belajar. Gue nggak mau berhenti! Thanks, kids! :)


4. New Food


 


Little treat for vegetarian! :) Betapa surprise-nya gue waktu tahu bahwa A&W menyediakan Veggies Burger. Yaiy! Ray bilang, "Finally we can eat junk food", hahaha :D Gue senang banget-banget-banget karena selama ini susah sekali kalau diajak makan oleh teman-teman penggemar daging. Biasanya gue memilih menu aman seperti salad dan soda, tapi sekarang gue juga bisa makan burger! Gue sampai nggak berhenti senyum lho waktu burger-nya datang ke meja. Burger-nya mirip seperti burger betulan! Ah, thanks A&W :)

Dengan kebahagian-kebahagiaan ini yang gue alami ini memang nggak menghilangkan "masalah" gue, tapi kebahagiaan pasti selalu berdampak baik. Gue jadi bisa menghadapi "masalah" dengan lebih positif. Toh, sebuah masalah nggak pernah murni menjadi masalah, pasti ada hal baik yang gue dapat dari sela-selanya :) Life must go on, hidup nggak selalu berisi kesedihan. Dan sebelum gue sudahi tulisan gue kali ini, gue mau share sebuah lagu untuk kalian. This is "Someone" by Red Hot Chili Peppers. Lagu ini selalu membuat gue tersenyum, semoga kalian juga! :)


blessed girl,
Indi
just text me up for sponsorhip (serious sponsor only) 0818618363 or reach me here.

Senin, 09 Juli 2012

The Interview: My Color :)



Hi bloggies, apa kabar? How's your week? Semoga meski sibuk tetap bisa bersantai di hari minggu, ya :)
Gue menulis post ini sepulang karaoke-ing sama Ray. Sudah sekitar satu bulan kami nggak pergi keluar bersama. Pekerjaan Ray sedang sibuk-sibuknya dan gue sedang mengerjakan beberapa hal baru yang sangat menyita waktu. Jadi waktu kami akhirnya dapat quality time lagi, dengan 3 jam non-stop karaoke lagu-lagu yang 70 persen pilihan gue, rasanya really refreshing, hehehe :)

Bulan kemarin, saat kegiatan gue sedang padat-padatnya gue mendapatkan beberapa tawaran untuk interview di media cetak. Seperti biasa sebelum menerima gue pasti 'memeriksa' dulu image dari media tersebut. Well, sebenarnya gue nggak pikir image dari suatu media bakal berpengaruh banyak sama gue, sih, semua kan tergantung apa yang gue kemukakan di sana. Tapi image suatu media berpengaruh terhadap apa yang mereka tulis. Pernah suatu kali ada sebuah majalah yang menginginkan kisah hidup gue dimuat di sana, 3 halaman penuh, ekslusif. I was so flattered, sampai majalahnya terbit dan gue membaca sendiri apa yang dimuat di sana. Kisahnya dilebih-lebihkan. Too much drama dan ada beberapa data soal diri gue yang nggak sesuai dengan fakta. Gue agak marah dan langsung menghubungi reporternya saat itu juga, tapi majalah sudah terlanjur beredar dan yang bisa gue lakukan cuma mengkonfirmasi tulisan yang dimuat lewat Facebook dan jika ada yang bertanya langsung. Begitulah, meski gue sudah memberikan informasi yang jelas, mereka tetap menulisnya dengan 'gaya drama' karena image majalah mereka memang begitu.

Sebelum gue menulis novel kegiatan yang gue lakukan sehari-hari adalah sekolah, mendesain pakaian dan menulis untuk kesenangan pribadi. Jika ada media yang menginginkan gue, itu bisa dipastikan untuk berbagi cerita tentang pengalaman sebagai pengidap scoliosis. Yup, gue memang scolioser, terdeteksi sejak usia 13 tahun, memakai alat bantu brace selama 5 tahun dan berakhir di kelengkungan 58 derajat yang penuh berkah. Gue nggak pernah malu dengan fakta itu dan dengan senang hati berbagi cerita karena di luar sana gue tahu banyak anak-anak, terutama anak perempuan yang mempunyai keterbatasan yang sama. Nggak pernah ada sedikitpun niat gue untuk minta dikasihani atau mencari sensasi dengan menceritakan pengalaman gue, semuanya murni, dari hati yang paling dalam gue ingin membantu. Karena mengenali gejala scoliosis sejak dini bisa berpengaruh banyak dengan masa depan anak tersebut. Dan gue termasuk salah satu yang beruntung karena ditangani dengan benar.

Lalu, pada tahun 2009 ada penerbit yang membaca tulisan gue di blog. Tanpa proses yang terlalu lama mereka langsung menawarkan kontrak untuk menerbitkan novel. Gue terkejut bukan main, tapi setelah 1 minggu berpikir gue langsung setuju dan 3 bulan kemudian terbitlah novel perdana gue yang berjudul, "Waktu Aku sama Mika". Keluarga, sahabat dan beberapa kerabat ikut bahagia tapi juga surprise karena sebelumnya mereka nggak tahu bahwa gue bisa (baca: suka) menulis. Hanya Ibu dan Bapak yang tahu, itu pun sebatas menulis di buku harian. Gue senang sekali dengan reaksi positif mereka yang terus men-support supaya gue nggak berhenti berkarya. Mereka suka karya gue, dan itu lebih berharga daripada mendapat piala, karena gue diakui memiliki kemampuan tanpa melihat sisi gue sebagai pengidap scoliosis. Fair. Gue dinilai dengan cara yang sama seperti orang lain.


What I wore: Dress: Glow | Shoes: Michelle CLA | Ribbon: my mum's sewing bow :)


Setelah itu setiap kali ada media yang meminta gue berbagi cerita, gue pasti menceritakan bahwa gue sudah menjadi penulis. Gue mempunyai buku yang dalam beberapa bulan penjualan saja sudah menjadi best seller. Itu membanggakan, seenggaknya untuk gue :)
Seperti yang sebelumnya gue ceritakan, gue sama sekali nggak pernah malu atau minta dikasihani dengan status gue, tapi juga nggak ingin dinilai dari situ saja. Gue juga sama, manusia utuh yang mempunyai kemampuan dibalik kekurangan gue. Ingin sekali suatu hari media meminta gue bercerita tentang buku gue saja (sekarang 'buku-buku' karena hampir 3 novel yang terbit, yaiy!) tanpa embel-embel yang lain. Tapi ternyata itu sulit sekali, setiap kali ada email atau telepon yang meminta interview, pasti saja gue diminta mengulang cerita yang sama...

Lalu gue memutuskan untuk menolak sementara waktu jika ada yang menawari untuk interview yang 'itu-itu' saja. Iya, sementara saja, sampai orang-orang bisa melihat bahwa gue lebih dari itu dan sekaligus untuk mengetes kemampuan diri juga. Kita nggak akan pernah tahu sudah berhasil sejauh mana sampai orang menilai kita dengan fair, kan? :)
Jadi ketika beberapa waktu lalu gue dihubungi oleh sebuah koran dan mereka meminta gue 'mengulang cerita', dengan sehalus mungkin gue menjelaskan bahwa gue juga seorang penulis, dan alangkah senangnya kalau diminta bercerita tentang pekerjaan gue. Gue menawarkan untuk bercerita 'apa yang gue punya' dan kalau nantinya mereka tetap menyebutkan gue sebagai pengidap scoliosis, it's okay, karena faktanya memang begitu. Sayangnya mereka nggak setuju. Mereka ingin mengangkat kisah hidup gue dan soal buku gue cukup jadi 'selingan' saja. Wow, gue baru sadar bahwa scoliosis gue jauh lebih besar dari novel gue. Bahkan menjadi best seller saja masih nggak cukup untuk membuat mereka 'tertarik' dengan karya-karya gue.


Sesuai tekad gue, gue menolak interview dengan koran tersebut. Gue mengemukakan alasannya sejelas mungkin, bahwa gue ingin dinilai secara adil: pekerjaan gue dulu, bagus atau tidak, baru silakan ceritakan tentang siapa gue. Tapi mereka bilang bahwa pembaca akan lebih tertarik dan terinspirasi justru dengan kisah gue sebagai scolioser, bukan yang lainnya. Well, mereka kan belum coba sebaliknya, jadi kenapa nggak mencoba? Tapi sudahlah, menjelaskan sesuatu memang sering kali nggak mudah, dan media mungkin saat ini lebih suka mengenal gue sebagai "Indi yang scoliosis" bukan "Indi yang penulis". Padahal gue mau saja berbagi cerita, gue cuma butuh break, sebentar saja.
Jangan salah mengira, gue cukup aktif berinteraksi dengan teman-teman di Masyarakat Skoliosis Indonesia, lho. Gue bisa bercerita tentang scoliosis kapan saja karena itu bagian dari diri gue. Nah, bukankah kemampuan diri juga bagian dari diri sendiri? :)

Gue punya teman, namanya Ginan. Ia seorang pekerja keras yang usianya lebih tua dari gue. Jujur saja sebelum gue mengenal bakat-bakatnya gue hanya mengenalnya sebagai temannya Mika, pengidap HIV/AIDS. Lalu seiring berjalannya waktu gue mulai tahu bahwa ia sangat aktif bermain sepak bola dan menjadi juara dimana-mana. Ia juga seseorang yang memperjuangkan kaum marjinal! Waktu gue tahu bahwa ia mendapatkan "Hero Award" dari acara Kick Andy gue langsung, "Wow... ia benar-benar hebat" dan gue sama sekali nggak 'mengingat' status kesehatannya. Ia dinilai utuh karena memaksimalkan kemampuan yang diberikan Tuhan.
Gue ingat sebuah kata yang selalu diucapkannya ketika gue mencapai sesuatu, sekecil apapun itu. Kata itu adalah "Mamprang". Awalnya gue nggak mengerti dan nggak berniat menanyakan artinya karena ia memang punya banyak stock kata-kata 'asing' (lol). Tapi setelah berkali-kali mendengar (terakhir ketika gue terpilih sebagai salah satu anak muda menginspirasi versi adalahkita.com), akhirnya gue bertanya juga. Dan ternyata 'mamprang' berarti show who you are, show your ability, tunjukan apa yang kamu punya, jangan takut-takut ibaratnya harimau. Gue setuju, itu memang benar. Somehow satu kata 'aneh' itu terasa ajaib di telinga dan hati gue. Kalau sekarang media masih betah dengan cerita scoliosis gue, yang seharusnya dilakukan bukanlah kesal, tapi mencoba lebih keras lagi menunjukan kemampuan diri, sampai akhirnya diakui. Gue akan terus membagi cerita gue selama itu bisa membantu dan bermanfaat. Mungkin suatu hari media yang suka menyelipkan 'bumbu drama' akhirnya sadar bahwa kisah sederhana dan nyata juga bisa disukai pembaca dan tetap inspiring :)

Sekarang gue akan menjadikan masa 'break' ini untuk mengukur kemampuan diri sekaligus kesempatan untuk mengembangkan diri. Memang sulit jika sudah terlanjur di 'cap', tapi sulit bukan berarti nggak bisa :) Dan thank God dua hari yang lalu radio Pro2 Semarang meminta gue untuk live interview selama satu jam non stop. Tahu untuk apa? Itu murni untuk membicarakan novel-novel dan project gue selanjutnya! Thank God :)) Gue akan terus menunjukan apa yang gue bisa, gue mau dinilai secara adil dan tanpa embel-embel lain. Gue tetap dan akan selalu menjadi "Indi si Scolioser", tapi gue lebih dari itu, seenggaknya, let me try. Gue bangga menjadi diri sendiri, gue nggak mau menukar scoliosis gue dengan apapun, apapun, apapun. Karena gue nggak menganggapnya sebagai beban, tapi bagian dari diri gue sendiri seperti hal nya kemampuan gue :) I am me, gue akan mengusahakan yang terbaik dan seadil mungkin untuk hidup. So, show your true color, guys. Atau pinjam istilahnya Ginan, "Mamprang!" :D

it's me,
Indi

nb: buku yang gue pegang berjudul "Being Remember" hadiah dari Kinanti Kitty, penulisnya sendiri. Kalian bisa menghubunginya di sini :)

________________________________________________
Contact Me? HERE and HERE. My Shop? HERE. Sponsorship? HERE.

Minggu, 01 Juli 2012

Surat untuk Mika

Tuhan yang baik... Ini aku Indi. Hari ini Mika, salah satu malaikatMu berulang tahun. Tolong sampaikan surat ini, ya Tuhan, supaya Mika tahu bahwa aku nggak pernah lupa sama dia...

Hai, Mika! Apa kabar di surga sana? Aku kangen sama kamu. Kangen sekali...
Iya, aku tahu, dan aku minta maaf karena jarang kirim surat lagi sama kamu. Tapi aku bukan lupa kamu, Mika... Aku cuma bingung. Aku harus cerita apa? Semenjak kamu ambil sayap kamu di surga aku suka bingung apa kamu suka dengan apa yang aku lakukan di sini atau nggak...
Aku sudah tumbuh dewasa, Mika, sangat-sangat dewasa... Usiaku bahkan sekarang sudah lebih tua darimu, waktu kamu pergi dulu... Aku nggak tahu apa itu menjadikanku lebih tua dari mu atau nggak... Atau mungkin di surga semua orang juga bisa tumbuh tua? Aku bingung...

Seandainya di surga kamu bisa bertambah tua, hari ini kamu 33 tahun, Mika. Tetap tujuh tahun lebih tua dariku.
Aku sering bertanya-tanya, jika kamu bertambah tua, seperti apa kamu terlihat? Apa masih tetap sama? Apa kamu bertambah tinggi? Atau kamu jadi punya kumis dan semua orang memanggilmu "Pak"?...
Semalam, aku bertanya kepada Ray, surga itu seperti apa. Ray belum pernah ke surga, tentu saja. Tapi dia bilang di surga semuanya sehat, semuanya bahagia dan semuanya akan selalu mengingat. Itu artinya kamu tetap ingat aku, Mika. Tapi aku nggak mengerti, apa ingat itu artinya ingat aku waktu dulu atau kamu bisa tahu bagaimana aku sekarang...

Aku kadang membayangkan kamu bisa melihatku dari atas sana. Mengawasiku, tersenyum padaku dan tetap marah kalau aku nakal. Hanya saja sekarang aku nggak bisa tahu kalau kamu lagi marah sama aku. Soalnya aku kan nggak bisa lihat kamu... Itulah kenapa aku takut, Mika... Aku takut waktu aku kirim surat kamunya lagi marah...
Aku masih berusaha jadi anak baik. Tetap. Seperti apa yang aku janjikan sama kamu.
Tapi kadang aku suka lupa. Aku pernah panggil "bodoh" sama orang dan lupa minta maaf. Aku pernah bohong sama Ibu dan malu mengakui. Aku pernah bolos kuliah dengan alasan lagi berulang tahun meski tahu itu salah.
Kamu marah, ya Mika?
Aku janji akan berusaha lebih baik lagi. Lebih sungguh-sungguh. Janji...

Tapi aku juga melakukan apa yang kamu minta dulu kok, Mika... Dan aku harap kamu senang.
Aku sekarang kalau jalan nggak nunduk lagi.
Aku sekarang kalau dibilang jalannya aneh, punggungnya aneh, nggak nangis lagi, tapi bilang kalau aku scoliosis...
Aku sekarang sudah punya banyak teman. Kalau ketemu orang baru aku sudah berani menyapa lebih dulu.
Aku sekarang kalau sakit nggak merengek, tapi menunggu sakitnya pergi sendiri seperti cara kamu dulu...
Aku juga sekarang kalau kangen kamu, kalau ingat kamu, kalau mau kamu ada sama aku... aku nggak nangis lagi, tapi aku berdoa supaya aku bisa ketemu kamu suatu hari nanti. Di tempat yang sama, nggak lebih baik, nggak lebih buruk. Sama. Sama kamu, Mika...
Apa kamu senang? Apa yang aku lakukan sudah betul?

Aku tahu kamu nggak balas surat ini seperti dulu. Mungkin balasannya nggak bisa aku simpan di bawah tempat tidur lagi. Tapi itu nggak apa, yang penting surat ini sampai dan kamu tahu bagaimana perasaanku...
Lewat surat ini juga aku mau bilang, kalau kamu dapat banyak, banyak, banyak, banyaaaaaak sekali ucapan ulang tahun dari teman-temanku. Kata mereka kamu hebat. Nanti, kalau waktunya tiba, kamu jangan kaget ya kalau di surga banyak yang mengajakmu kenalan. Kamu kan sekarang bukan cuma pahlawanku saja, tapi pahlawan banyak orang...

Oh, iya Mika kamu kan sekarang malaikat Tuhan, bisa nggak kamu minta sama Dia supaya hari ini kamu cuti bekerja? Aku mau kamu mampir ke mimpiku sebentar saja. Aku mau lihat seperti apa kamu sekarang, terus peluk kamu. Soalnya aku takut lupa bau badan kamu... Bisa kan, Mika?

Seandainya kamu benar-benar bisa melihatku dari sana, coba deh kamu lihat ke bawah sebentar sekarang. Aku lagi senyum sama kamu. Aku baik-baik saja, Mika. Aku, sugar pie-mu, sudah dewasa. Selamat ulang tahun pahlawanku, selamat ulang tahun petarung AIDS-ku. Aku kangen kamu. Selalu...

peluk dan senyum,
Indi