Jumat, 23 Desember 2016

Bercerita Tentang Mika di Malang :)

Howdy-do, peeps! Ah, selalu senang kalau bisa kembali ke sini. Rasanya seperti pulang ke rumah, ---rumah di dunia maya maksudnya, hihihi. Kalau ada di antara kalian yang membaca post-postku sebelumnya (atau mengikutiku di Facebook dan Instagram) pasti tahu kalau tanggal 2 Desember lalu aku mengisi sebuah acara Hari AIDS Sedunia di kota Malang. Nah, sekarang aku mau cerita soal pengalaman selama di sana. Dan apa kabar cerita Halloween ku yang ditunda-tunda terus untuk di post? Hehehe, untuk sekarang nonton dulu vlog nya di sini saja, ya. Soalnya karena sebuah alasan (---yang cheessy dan konyol) aku belum bisa menulis ceritanya :p

Di bulan November lalu aku dihubungi oleh Dina, salah satu anggota tim dari Indonesian Future Leaders chapter Malang untuk menjadi pembicara di event peringatan Hari AIDS Sedunia. Aku belum pernah mendengar apa itu IFL, tapi dengan quick search di internet aku jadi tahu kalau itu adalah organisasi non profit yang berfokus pada kegiatan youth empowerment dan social voluntarism. Aku langsung tertarik, ---tapi nggak langsung memutuskan untuk mengiyakan. Alasannya selain tempatnya jauh (tahun lalu aku jadi pembicara di Surabaya dalam keadaan sakit, uhuhu), juga karena sudah jauh-jauh hari ada kelompok dukungan sebaya (group support ODHA dan OHIDA) yang memintaku membantu acaranya di Bandung. Aku meminta waktu untuk berunding dulu dengan Bapak, tapi sebelum kami membuat keputusan dapat kabar kalau acara yang di Bandung batal. Hehehe, tahun ini rupanya aku ditakdirkan untuk memperingati Hari AIDS Sedunia jauh dari rumah :) 

Setiap kali melihat ke belakang aku selalu takjub dan nggak menyangka dengan apa saja yang sudah dilalui... Masih jelas rasanya hari dimana Mika, my forgetful angel, meninggalkanku untuk mengambil sayapnya di surga. Waktu itu rasanya aku sangat terpuruk dan nggak berdaya. Mungkin kesannya berlebihan, tapi memang itulah yang aku rasakan. Aku terlalu terbiasa ada Mika. Selama 3 tahun dengannya aku berubah dari Indi yang pemalu dan nggak nyaman dengan kondisi fisik menjadi Indi yang dengan bangga memakai brace scoliosisnya di luar baju dan merasa 'nggak kurang' dibandingkan remaja-remaja lain. Dengannya aku merasa aman dan percaya kalau aku bisa melakukan 'apapun'. Dan Mika juga lah yang membangkitkan keterpurukanku setelah ia meninggal. Semangatnya membuatku sadar kalau ia nggak akan suka aku terus-terusan murung. Dan berhenti 'membicarakannya' justru membuatku menjadi denial, ---sulit mengiklaskan. Keberanian untuk menghadapi kepergiannya justru malah membuat Mika seolah selalu ada. I face my fears, ---aku berbagi kisah tentang Mika. Dan aku lakukan ini bukan hanya untuknya, tapi juga untukku. 

Jadi pada tanggal 2 Desember lalu, pagi-pagi sekali aku dan Bapak sudah berada di Bandara untuk menuju Surabaya. Penerbangan dari Bandung belum ada yang langsung tiba di Malang, jadi kami harus berangkat sedini mungkin untuk mengejar sesiku yang akan berlangsung pada pukul 14.00 WIB. Aku sebenarnya ditawari untuk berangkat 1 hari sebelumnya, tapi karena aku sedang sedikit demam jadi kupikir lebih baik sedekat mungkin dengan waktu acara. Aku baru tidur 2 jam karena sebelumnya sedang menyelesaikan interview dengan Hunter Kelch (perbedaan waktu 2 negara membuatku harus begadang, hehehe). Aku pikir akan bisa tidur di pesawat, tapi ternyata aku tetap terjaga sampai tiba di Surabaya. Penerbangannya super lancar, dan kami mendapatkan pesawat yang nyaman dan lega. Tapi di sampingku ada perempuan yang "mengkahwatirkan". Ia terus-terusan facetime dengan pacarnya (---atau siapapun itu) sampai ditegur 3 kali oleh pramugari dan sepanjang perjalanan terus-terusan mengecek makeup nya. Ugh, why oh why?!! :p

Waktu tiba di Bandara Juanda.

Meski begitu mood ku dan Bapak tetap super bagus. Kami hanya menunggu sebentar ketika tiba di Bandara Juanda karena Eko dan Rizki dari IFL sudah menjemput dan siap untuk mengantarkan ke Malang. Rasanya seperti de javu, begitu menginjakkan kaki di Surabaya udara langsung terasa hangat (---panas, hehe). Biasanya aku prefer cuaca dingin, tapi rasanya aku rindu Surabaya, teringat keramahan teman-teman di sana, huhuhu, ---jadi mellow :p Tapi 2 teman baru dari Malang ini pun nggak kalah ramah. Sepanjang perjalanan mereka terus bercerita tentang tempat-tempat yang kami lewati. Seperti tour guide, hehe. Dan itu membantuku dan Bapak untuk tetap terhibur di perjalanan yang super macet dan didera hujan deras karena kami banyak tertawa. Sebagai penutup perjalanan sebelum tiba di guesthouse kami juga diajak mampir ke restoran pecel "Kawi". Di sana rasa pecelnya super nikmat! Sayang untuk lidahku terlalu pedas jadi nggak sanggup untuk menghabiskan 1 porsi :p

Pecel “Kawi” yang nikmat tapi pedas :p

Seperti kata Mika, selalu ada yang pertama kali untuk segalanya. Begitu juga dengan pengalaman sebagai speaker kali ini. Kalau biasanya disediakan hotel, kali ini panitia menyediakan sebuah kamar di guesthouse. Ternyata tempatnya nyaman sekali dan homie, ---ada teras untuk bersantai dan kolam ikannya. Lucunya, nama guesthouse nya Bandoeng, cocok sekali dengan kota asalku, hahaha. Yang pertama terpikir olehku ketika tiba adalah tidur, tapi lagi-lagi aku betah terjaga. Mungkin saking lelahnya, plus harus menyiapkan speech ku nanti. Kalau Bapak sih, 5 menit nempel di bantal suara ngoroknya langsung terdengar :p Ya, sudah aku hanya sekedar rebahan sambil memeluk Onci, boneka kelinciku. Sekitar pukul setengah 2 siang handphoneku berdering, rupanya Salsa dan Ferdy dari IFL sudah menunggu di lobby untuk menjemput kami. So excited! Rasanya lelahku langsung hilang seketika :)

Di guesthouse “Bandoeng” setelah berganti baju.

Malang masih diguyur hujan, dan ini membuat perjalanan (lagi-lagi) sedikit terhambat. Butuh waktu lumayan lama untuk tiba di lokasi, padahal jaraknya dekat, lho. Tapi asyiknya aku jadi bisa lihat kiri-kanan dan melihat-lihat taman di kota Malang. By the way, dari sekian banyak tempat yang kukunjungi rasanya di sinilah yang suasana dan udaranya mirip di Bandung. Sejuk dan banyak taman kotanya. Sampai-sampai Bapak bilang kalau difoto dan nggak bilang dimana lokasinya, orang Bandung pasti mengira kami sedang di alun-alun, hihihi. Akhirnya kami tiba juga di Cafe Gembira, lokasi dari event Close the Gap. Sebelum dimulai aku sempat mengobrol dengan Dina dan briefing secara singkat. Berhubung segmenku kebagian sore, jadi aku nggak sempat melihat pengisi acara sebelumnya. Katanya sih ada pameran karya teman-teman ODHA, dan sebagian masih ada di display. Sayang karena lumayan sibuk hanya Bapak yang sempat melihat-lihat.

Tiba di Cafe Gembira untuk event “Close the Gap”.

Nggak menunggu lama, sebelum teh manis hangat yang disediakan habis aku sudah naik ke lantai 2 untuk nonton bareng film Mika. Secara singkat aku mengenalkan diri kepada audiences yang sudah hadir. Kursi-kursi yang disediakan nggak semuanya terisi, tapi menurutku jumlah audiences bukan yang utama tapi antusiasme merekalah yang aku harapkan :) Aku nggak bisa cerita tentang detailnya, ya. Yang pasti menonton kembali "diary" ku bersama Mika selalu membuat perasaan campur aduk. Ada yang bikin tertawa, tapi ada juga yang membuat air mataku jatuh. Ada saat-saat di mana aku merasa nggak sanggup untuk menontonnya kembali, tapi ada juga saat di mana aku merasa "okay". Dan kali ini perasaan gue adalah yang kedua, ---meskipun malam sebelumnya aku baru saja menonton film "Mika" di TV. Ya, air mataku memang sedikit keluar, tapi lebih banyak tersenyumnya. Thank God :)

Film “Mika” diputar di layar besar.

Sepanjang pengalamanku nonton bareng film "Mika", baru kali ini dapat audiences yang 'adem' (baca: sepi). Biasanya, saat adegan lucu mereka tertawa, dan saat adegan sedih ada isak tangis. Minimal ada celetukan-celetukan komentar. Sempat bertanya-tanya juga dalam hati, apakah filmnya kurang seru bagi mereka? Atau apakah mereka bosan? ---padahal kabarnya banyak di antara mereka yang belum pernah menontonnya, lho. Makanya waktu film berakhir dan terdengar tepuk tangan yang riuh aku lega sekali. Rupanya mereka hanya pemalu. Terbukti saat sesi tanya-jawab mereka hapal dan paham betul dengan ceritanya, ---bahkan mendetail! Ternyata diam-diam mereka memperhatikan, ya, hehehe. Pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan pun cukup smart. Dengan senang hati aku menjawabnya karena nggak ada satupun yang menyinggu privacy ku dan jauh dari kesan kepo. Yay, good job Malang :))

Suasana waktu nobar film “Mika”.

Setelah nggak ada lagi pertanyaan yang ingin mereka ajukan, aku sharing tentang isu kesenjangan yang (sayangnya) masih terjadi di keseharian kita. Meski event ini dalam rangka Hari AIDS Sedunia, tapi apa yang terjadi pada ODHA sebenarnya bisa terjadi juga pada kita. Bayangkan bagaimana rasanya dibedakan hanya karena kondisi kita, padahal di balik itu kita adalah manusia yang "sama". I mean, ---well, iya manusia memang berbeda-beda tapi bukan berarti harus dibeda-bedakan, kan? Dengan memahami dulu kondisi yang terjadi aku yakin akan menumbuhkan empati dan menghilangkan 'kebiasaaan' untuk judging. Lagipula, apa gunanya menghakimi? Kita bisa membenci seseorang mati-matian dan itu cuma membuat semuanya lebih buruk. Lebih baik perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan, be nice. Kita nggak pernah tahu apa yang seseorang bisa lakukan atau apa pengaruh mereka di masa depan. Dulu banyak orang yang berkata buruk tentang Mika. But look at him now...

Sesi sharing.

Aku berbicara tentang kesenjangan yang sering terjadi di keseharian kita.


Aku pernah membaca komentar di blog ini (atau di media sosialkuyang lain? Maaf lupa, hehe) yang isinya kurang lebih bahwa yang terpenting justru edukasi soal pencegahan penularan virus HIV, bukan soal masalah kesenjangannya. Tapi menurutku keduanya sama pentingnya. Bahkan edukasi mengenai kesetaraan bisa jadi lebih mudah diterima karena bisa dimengerti oleh anak-anak sekalipun. Contohnya saja sepupuku yang berusia 10 tahun bertanya tentang alasan mengapa Mika dikucilkan, bukan bertanya tentang asal usul virusnya ketika menonton "Mika". Ini sih mengenai perspektif, ---mana yang efektif mana yang nggak tergantung kepada siapa kita 'berbicara'. Aku percaya nggak ada cara 'kampanye' yang salah atau buruk. Kapan-kapan aku akan bahas lebih jauh lagi, tapi sekarang balik lagi ke event Close the Gap yang keren dulu, ya :)

Setelah sharing, sesiku ditutup dengan foto bersama dan interview. --Well, nggak benar-benar selesai, sih, hehehe. Setelah 'turun panggung' justru audiences lebih akrab untuk bertanya dan mengajak selfie. Meski agak crowded tapi aku happy sekali dengan reaksi mereka. Aku selalu terbuka untuk menjawab pertanyaan asalkan itu bukan hal-hal yang terlalu pribadi (---kurasa aku sudah cukup banyak berbagi kisah tentang Mika, kan). Satu pertanyaan yang banyak ditanyakan adalah soal pendapatku mengenai sukses atau nggak nya acara ini. Dan, ya menurutku acara ini sukses! Nggak ada acara yang sempurna, tapi menurutku "Close the Gap" ini berhasil mengcaptured apa pesan yang ingin disampaikan. Aku suka dengan konsep semua orang duduk bersama untuk menonton film dan berbincang, ---tanpa harus disebut 'kamu ODHA dan aku bukan'. Karena honestly acara yang dibuat seperti itu malah berkesan seperti freak show. Itu lho show yang isinya orang-orang diberi label "si A", si B" atau "si C". Barbar sekali (---meminjam istilah Robin Williams), dan justru malah membuat kesenjangan semakin terasa.

Foto bersama. —-Iya, bapakku juga ikutan :D

Aku dan Bapak nggak langsung diantarkan kembali ke guesthouse. Tapi kami makan siang (super late, hehe) dulu sambil masih berbincang dengan beberapa kru IFL. Thumbs up lho buat chef dari Cafe Gembira yang secara khusus membuatkanku masakan vegan meskipun itu nggak ada di menu. Meski kesannya 'biasa' tapi saat penyelenggara acara memperhatikan hal-hal kecil yang sifatnya personal, bisa membuatku lebih nyaman, lho! :) Aku dan Bapak lalu diantar oleh Salsa dan Ferdy untuk melihat-lihat kota Malang setelah kami sedikit rapi-rapi (hehe) di guesthouse. Meski waktunya singkat karena sudah malam tapi kesampaian juga untuk melihat Tugu Malang dan mobil odong-odong yang super ramai, hehehe. Aku juga membeli sedikit oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Ada dompet batik berwarna pink yang cuteee sekali. Sayangnya cuma 1, jadi aku berikan sama iparku deh (---karena gue baik, lol).

Berfoto bersama Bapak. Maunya sih Tugu Malangnya kelihatan, tapi ternyata gelap :p

Keesokan paginya setelah tidur beberapa jam (---tradisiku dan Bapak kalau nggak ada Ibu pasti ngobrol sampai pagi), kami diantarkan ke Bandara Juanda untuk pulang menuju Bandung. Aku kembali bertemu dengan Dina dan ia mengantarkan kami sampai gate untuk mengucapkan sampai jumpa. Pertemuanku dengan teman-teman baru di Malang memang singkat tapi begitu berkesan. Aku harap bisa kembali lagi suatu hari, ---dan tentu aku juga berharap telah meninggalkan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka. Apa yang aku lakukan memang nggak banyak, tapi aku berusaha berbagi apa yang kumiliki. Aku berbicara, agar Mika selalu ada, ---agar semangat Mika selalu ada di hati orang-orang yang mendengarkan kisahnya :)

vlog perjalanan, sesi sharing dan jalan-jalan

smile,

Indi

________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com

Jumat, 02 Desember 2016

Come Roll with Hunter Kelch! :)


Pertemanan memang bisa dimulai darimana saja, termasuk dari dunia maya. Seperti perkenalanku dengan Hunter Kelch yang dimulai dari Instagram. Waktu itu somehow ia menemukan akunku dan segera kami menemukan banyak kesamaan! Kami sama-sama senang menulis (baca website nya: www.comerollwithme.com), mendengarkan musik rock, menonton film, makan pizza dan sama-sama mengidap scoliosis! Meski begitu sebenarnya kondisi kami nggak sama persis karena penyebab scoliosis kami berbeda. Agar lebih saling mengenal, kami memutuskan untuk saling mewawancarai. Dan ini adalah hasil wawancaraku dengan Hunter tentang kondisi cerebral palsy dan kegiatannya! :)


www.comerollwithme.com


1. Hai Hunter, bisa kamu ceritakan tentang dirimu?
Aku seorang pria berusia 24 tahun yang mengidap Cerebral Palsy. Aku lahir 3 bulan prematur dan mengalami infeksi serius yang mengakibatkan kerusakan otak. Aku tinggal di sebuah gedung apartemen bersama orang-orang yang juga memiliki disabilitas, tapi aku punya apartemen sendiri. Aku punya caregiver yang datang untuk membantu kebutuhan pribadiku. Ibuku adalah caregiver utamaku, tapi aku juga punya tiga orang lain yang membantu. Sejak dua tahun yang lalu aku memutuskan untuk menjadi seorang blogger profesional dan fokus pada tema "hidup dengan cerebral palsy" sambil memberikan wawasan pada orang lain yang juga memiliki disabilitas. Selain itu aku juga membahas tentang aksebilitas. Sekarang baru sebatas di kampung halaman saja, tapi aku berharap suatu hari akan berjalan-jalan dan blogging ke seluruh penjuru dunia.

Aku punya seekor "kucing gila" bernama Sully yang terkadang bisa sangat manis dan penuh kasih sayang, tapi di lain waktu ia bisa menjadi kucing yang nakal!

Aku selalu suka olahraga, ---kalau dipikir mungkin sejak aku di dalam kandungan! Olahraga favoritku untuk ditonton adalah American Football, bisbol dan gulat profesional! Aku telah menonton beberapa pertandingan dan pernah ke acara gulat profesional sebanyak 3 kali!

Aku juga suka menonton acara memasak, acara kriminal dan acara tentang medis. Dan aku juga suka bermain video game. Aku mulai bermain video game sejak usia 2 tahun. Waktu itu aku bermain Mario Bros di Super Nintendo milik ibuku! Tapi sekarang aku bermain di PS4 milikku sendiri, kebanyakan aku bermain game tentang  olahraga dan perang.

Aku suka makan di luar, burger adalah makanan kesukaanku. Aku juga suka pizza! Aku sering pergi ke tempat bermain bowling, pertandingan balapan dan bioskop.

Aku menikmati musik rock keras yang diputar keras-keras! Tapi kalau di apartemen aku tidak bisa memutarnya telalu kencang karena penghuni lain kebanyakan orang-orang yang usianya lebih tua. Untungnya, sampai sekarang belum ada komplain dari mereka! 

2. Apa itu cerebral palsy? Dan waktu usia berapa ketika kamu didiagnosis oleh dokter?
Cerebral Palsy pada dasarnya adalah gangguan motorik non-progresif yang disebabkan oleh kerusakan otak pada tahun-tahun pertama kehidupan. Aku lahir 3 bulan lebih awal, punya pendarahan otak dan juga infeksi. Ini berpengaruh ke keempat anggota tubuhku, jadi aku bisa disebut sebagai quadriplegic. Aku sudah memakai kursi roda sejak usia 3 tahun. Tidak ada obat untuk cerebral palsy, tapi terapi fisik dan terapi okupasi bisa membantu. Beberapa orang yang mengidap CP juga terkadang memiliki masalah lain seperti ketulian, kebutaan dan perkembangan kognitif. Selain kemampuan motorik, kemampuan bicaraku juga terpengaruh (aku bicara terpatah-patah dan juga gagap). Aku juga mengalami gangguan penglihatan. Ini artinya otakku memberikan pesan yang salah pada mataku. Yang menarik, karena gangguan mataku orang tuaku dulu pernah diberitahu bahwa aku tidak akan pernah bisa membaca. Tapi lalu orangtuaku memberitahu dokter bahwa aku bisa membaca waktu usiaku masih 4 tahun! Padahal aku belajar membaca sendiri. Saat itulah aku memutuskan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa membatasiku!

Aku baru didiagnosis pada usia 1 tahun. Tapi aku sudah ke terapi fisik dan terapi okupasi sejak usia 6 bulan.

Hunter waktu berusia beberapa minggu, beratnya 2lbs 13oz. Yang di sampingnya itu tangan ayahnya.

Bersama Nghia, saudara laki-lakinya yang diadopsi dari Vietnam.

Bersama Katie, anjing pertamanya yang sangat istimewa :)


3. Apa sih yang sering menjadi kesalahpahaman atau menjadi mitos tentang cerebral palsy? Dan apa yang orang perlu tahu tentang fakta-faktanya?
Salah satu kesalahpahaman yang aku sendiri pernah alami adalah bahwa banyak orang mengira semua pengidap CP memiliki gangguan perkembangan kognitif (keterlambatan). Pernah suatu hari waktu aku berada di sebuah turnamen renang, ada seorang wanita datang dan berbicara padaku seolah aku masih balita, padahal waktu itu aku sudah berusia 21 tahun. Aku percaya bahwa meskipun ada yang memiliki keterlambatan, tetap saja layak untuk diajak bicara sesuai dengan usia mereka yang sesungguhnya. Berbicara pada orang dewasa dengan gaya berbicara seperti pada balita itu tidak sopan.

Aku rasa salah satu kesalahpahaman yang utama tentang CP adalah bahwa orang mengira ada sesuatu yang salah dengan lengan dan kaki kami. Padahal kaki dan tangan kami "normal". Karena kerusakan adanya di otak kami, bukan tubuh kami. Otak kamilah yang salah mengirimkan pesan kepada tubuh kami.

Kesalahpahaman lainnya adalah bahwa aku dikira tidak bisa menikmati aktivitas yang sama dengan orang pada umumnya. Aku mungkin harus melakukan sesuatu yang berbeda, dan hasilnya mungkin tetap tidak sama. Tapi aku masih ingin berpartisipasi, kok. Salah satu contohnya saja dengan kecintaan aku pada sebak bola. Secara fisik aku tidak bisa bermain bersama rekan-rekanku. Tapi aku masih bisa pergi ke pertandingan dan membantu pelatih dari pinggir lapangan. Ada kok pelatih dari tim Miami Dolphins yang sebenarnya tidak pernah menendang tapi tetap dihormati!!

Bersama temannya, Daryl, di pertandingan bisbol.


4. Apa tantangan terbesar yang pernah kamu hadapi?
Kalau harus menjawab jujur yang paling sulit itu menemukan pasangan. Berkencan sebagai orang dengan disabilitas itu sangat sulit. Perempuan non disabel kebanyakan tidak ingin mendapat tanggung jawab untuk merawatku, dan banyak yang tidak mau punya pasangan yang tidak bisa melakukan beberapa hal. Pengalaman pacaranku terbatas di kemah anak-anak berkebutuhan khusus dan waktu SMA. Sekarang setelah dewasa, aku malah merasa lebih susah untuk mendapatkan pacar. Aku ingin bertemu dengan perempuan yang bisa melihat di balik kursi roda dan di balik keterbatasanku, karena sebenarnya masih banyak hal lain yang bisa aku tawarkan.

5. Bagaimana perasaanmu tentang penggambaran orang dengan cerebral palsy di film dan televisi? Misalnya saja seperti Walter White Jr dari serial "Breaking Bad", atau Michael Connolly dari film "Rory O'Shea was Here".
Aku belum pernah menonton dua-duanya, baru rencana. Tapi ibuku pernah menonton serial Breaking Bad. Katanya karakter Walter Jr benar-benar tidak mewakili apa yang beliau bayangkan. Disabilitsnya digunakan untuk dijadikan alasan sebagai perilaku kriminal ayahnya. Jadi tidak berfokus pada kehidupannya sebagai pengidap CP.

Aku pernah menonton Fundamentals of Caring di Netflix. Meskipun tokohnya mengidap Muscular Dystrophy, bukan CP, tapi aku merasa sangat relatable dengannya. Selera humornya yang gelap dan caranya menguji caregiver nya sangat tepat sasaran. Ia juga orangnya blak-blakan, mirip sepertiku. Aku suka cara mereka menggambarkan rasa keterasingan karena memiliki disabilitas. Ibuku juga menontonnya dan setuju dengan penggambaran tantangan-tantangan sebagai seorang ibu yang juga merangkap caregiver.

Sekarang aku sedang mendengarkan audiobook nya Zach Anner, ia juga mengidap CP. Kalau sudah selesai, nanti aku akan ceritakan tentangnya di blog. Zach tidak takut untuk membahas tentang disabilitasnya dan juga membahas "sisi gelap" dari mengidap CP. Ia bercerita dengan sangat jujur dan penuh humor! Aku sarankan orang-orang yang memiliki disabilitas dan para caregiver untuk membaca/mendengar buku ini karena bisa memberikan wawasan tentang tantangan apa saja yang mungkin kami hadapi.

(Dua hari setelah wawancara ini, Hunter bercerita bahwa akhirnya ia menonton film "Rory O'Shea was Here". Katanya filmnya sangat bagus dan ia merasa related dengan Michael. Bahkan ibunya pun menangis di sepanjang film. Berbeda denganku yang merasa adegan measurement sangat nggak nyaman karena aku pribadi harus mengalaminya paling nggak sebulan sekali, bagi Hunter measurement rasanya lebih mudah karena sebagai pengidap CP ia selalu membutuhkan perawatan fisik total).

6. Kenapa kamu memutuskan untuk menjadi seorang penulis? Ngomong-ngomong, aku suka situsmu, lho.
Waktu itu awalnya tidak direncanakan. Aku sedang bosan jadi mulai mencoba menulis. Kamu bisa anggap ini 'kecelakaan'. Tapi terkadang hal-hal besar bisa dimulai dari sebuah 'kecelakaan'. Ibuku lalu punya ide agar aku mulai blogging. Kami lalu mencobanya. Awalnya secara mandiri, tapi kemudian kami menghubungi agen untuk membantuku belajar mengenai seluk-beluk blogging profesional. Aku masih belajar, dan aku punya mentor hebat yang selalu siap membimbing.

Kolase hidup Hunter.


7. Apa impian terbesar dan tujuan hidupmu?
Salah satu tujuan utamaku adalah untuk menjadi penasehat yang lebih baik bagi diri sendiri, dan suatu hari blog ku juga bisa menjadi penasehat bagi orang lain. Aku ingin berkeliling dunia dan menulis pengalamanku untuk membantu orang lain. Aku ingin mencoba sebanyak mungkin hal-hal baru. Pada dasarnya aku hanya ingin menjadi yang terbaik sebisaku.

Berperahu di danau Wausau bersama temannya, Dave. Ah, seperti di surga! :)


8. Terakhir, apa pesan kamu bagi yang sedang membaca wawancara ini?
Jika kamu ingin melakukan sesuatu, jangan biarkan keterbatasanmu menghentikanmu untuk menemukan cara mencapainya! Aku mendorong semua orang untuk melihat di balik semua jenis disabilitas, lihat orangnya... lihat jiwanya... lihat sosoknya. Aku bukanlah kursi rodaku, aku bukan cedera otakku dan aku juga bukan gangguan mataku. Aku Hunter, aku adalah pria santai, lucu, unik dan mempunyai hati yang besar.

***

Wah, dari wawancara ini aku jadi banyak belajar hal-hal baru. Coba deh teman-teman mampir ke website nya untuk membaca tulisan-tulisan keren (review, pengalaman, ide, dll) dari sudut pandangnya. Kalian pasti akan menikmatinya seperti aku yang betah menghabiskan sore dengan membaca tulisan-tulisannya. Di sana kalian juga bisa membaca wawancara Hunter denganku. Penasaran kan dengan pertanyaan-pertanyaan cerdasnya? Klik di sini ;)

Baca interview Hunter denganku di sini :)
cheers,


Indi

______________________________________________________


Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com


Kamis, 24 November 2016

Malang! Aku Akan Hadir di Sana untuk Hari AIDS Sedunia :)



Hai bloggies! Nggak terasa ya sekarang sudah memasuki akhir bulan November (---dan aku masih juga belum menulis tentang acara Halloweenku di rumah, hehe). Kalau sudah masuk tanggal-tanggal segini biasanya aku jadi (semakin sering) teringat dengan Mika. Kenapa? Tentu saja karena tanggal 1 Desember yang diperingati sebagai hari AIDS sedunia sudah semakin dekat. Mungkin ada di antara kalian yang masih asing dengan Mika. Siapa ia? Mika adalah laki-laki yang aku kenal ketika baru saja lulus SMP. Kami lalu mengalami masa berpacaran yang sangaaat menyenangkan dan penuh kenangan sampai akhirnya Mika meninggal 3 tahun kemudian. Mika adalah pacar pertamaku, ---dan ia juga seorang AIDS fighter. Hari AIDS sedunia selalu mengingatkan aku padanya. Bukan hanya karena ia meninggal di bulan yang sama, tapi juga karena 'perjuangannya' melawan stigma dan diskiminasi... Mika sekarang memang sudah di surga, tapi aku nggak ingin perjuangannya berhenti, ---aku ingin melanjutkannya.

Aku lakukan sebisanya. Awalnya aku menulis kisah Mika di blog agar bisa berbagi apa yang kutahu tentangnya. ---Iya, tentang Mika, bukan tentang HIV/AIDS, karena aku ingin Mika "dinilai" dari kepribadiannya, bukan dari apa yang ia idap. Nggak disangka tulisan-tulisanku tentang Mika pun diangkat menjadi buku dengan judul "Waktu Aku sama Mika" pada tahun 2009 oleh Homerian Pustaka, dan pada tahun 2013 lalu difilmkan dengan judul "MIKA" oleh Investasi Film Indonesia. Jalanku untuk menyebarkan awareness lewat kisah Mika pun semakin terbuka. Meski pelan tapi pasti. Semakin banyak pembaca atau penonton film yang menghubungiku untuk sekedar berbagi kisah karena merasa terwakili atau malah mengucapkan terima kasih karena sebelumnya selalu "berprasangka buruk" terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS). Itu membuatku senang dan lega, karena artinya Mika tetap 'hidup' untuk terus berjuang :)

Selain melalui tulisan dan film aku juga melanjutkan perjuangan Mika melalui suara. Dengan senang hati aku selalu berusaha bisa untuk menghadiri undangan sebagai pembicara atau narasumber jika ada yang meminta. Media tulisan dan visual memang bagus, tapi kehadiran secara langsung tentu lebih memudahkanku untuk menyampaikan secara lebih personal. Dan tahun ini kesempatanku untuk menjadi pembiacara datang dari IFL Chapter Malang atau Indonesia Future Leaders dalam program Close the Gap, sebagai salah satu bagian dari Global Change Maker yang ingin membantu terwujudnya Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya pada point ke-3 (Good Health and Well-being). Dan juga visi dari UNAIDS (zero new HIV infections, zero discrimination, and zero AIDS-related deaths). Program ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang cara penularan dan pencegahan virus HIV, juga tentang permasalahan sosial antara ODHA dan non-ODHA yang tanpa disadari ada di lingkungan sekitar kita.

Nah, Close the Gap tahun ini mempunyai tema "Selaras Tanpa Stigma" dan mempunyai 3 rangkaian acara yang berlangsung pada tanggal 27 November, 1 dan 3 Desember 2016. Aku sendiri akan berada di acara puncak, yaitu pada tanggal 3 Desember.


Selaras Tanpa Stigma 
Talkshow, Pameran Hasil Kreativitas ODHA, Pementasan Teater dari Komunitas, Bedah Film “Mika” bersama Indi Sugar
Hari & Tanggal: Sabtu, 3 Desember 2016
Tempat: Cafe Gembira
Alamat: Jl. M.T. Haryono, Ruko Istana Dinoyo Blok E1 - E2 Dinoyo, Lowokwaru, Kota Malang
Pukul: 11.00 - 20.00 WIB


Sesiku akan berlangsung pada pukul 2 siang, tapi aku sarankan teman-teman hadir dari awal karena acaranya pasti akan seru dan bermanfaat sekali. Kalian juga bisa ikut berkontribusi lho untuk perubahan sosial dan kesehatan ini. caranya dengan cara berdonasi melalui https://kitabisa.com/closethegap2016
By the way, aku sering sekali dikira belum bisa move on dari Mika. Well, semua yang aku lakukan ini awalnya memang darinya. Tapi setelah semakin dewasa aku sadar bahwa ini lebih luas daripada yang kukira. Ini tetap untuk Mika, tapi bukan segalanya tentang Mika. Aku juga melakukan ini untuk Mika-Mika yang lain, agar kita sebagai manusia bisa hidup berdampingan tanpa prasangka hanya karena sesuatu yang kita idap. Dan aku yakin nggak sedang diam di tempat. Aku terus maju. Melanjutkan hidupku, ---tapi tanpa perlu melupakan Mika :)


smile,

Indi

_______________________________________


Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com


Rabu, 16 November 2016

Indi's Scoliosis Life: Kulit Sehat dan Tetap Bersih saat pakai Brace? Bisa, dong! ;)

*Scroll ke atas*
*Scroll ke bawah*

Rupanya sudah 5 bulan ya sejak aku menulis tentang scoliosis di sini :O Padahal tujuan membuat series "Indi's Scoliosis Life" di YouTube sebenarnya untuk melengkapi post ku di blog "Dunia Kecil Indi", bukan untuk menggantikan. Jadi kalau di sini versi tulisannya, di series ISL versi videonya karena terkadang kata-kata atau foto saja nggak cukup untuk menjelaskan apa ingin aku sampaikan, terutama kalau berkaitan soal brace. Eh, tapi pada kenyataannya aku malah lupa untuk share di sini, huhuhu. Maaf ya, terutama untuk teman-teman scolioser (---pengidap scoliosis; kondisi tulang belakang yang melengkung ke arah samping) yang tetap rajin untuk mampir ke sini dan meninggalkan komentar :) Mulai sekarang aku akan berusaha untuk lebih konsisten dan berusaha untuk membagi apa saja yang sudah aku share di YouTube, ---mumpung belum ketinggalan banyak, hihihi. Kalau aku mangkir lagi, tolong jewer ya :p


Kali ini aku akan membahas sesuatu yang relatable banget dengan para scolioser, ---tapi ajaibnya justru jarang sekali dibahas (serius, aku sampai research dengan googling sana-sini)
Tentang masalah kulit! 
Yup, banyak sekali scolioser yang mengalaminya, terutama jika harus menggunakan brace dalam jangka waktu yang lama. Masalah kulit yang dihadapi biasanya gatal-gatal, kemerahan atau berbagai macam alergi kulit lainnya. Meski kesannya seram tapi sebenarnya itu wajar, kok. Karena sekeren-kerennya teknologi brace terbaru, tetap saja menghambat kulit kita untuk bernapas, hehehe. Problem lain yang biasa dihadapi juga soal kurang maksimalnya saat kita membersihkan tubuh. Scoliosis jika sudah severe (berat) biasanya kelenturan tubuhnya berkurang dan membuat kita kesulitan menjangkau beberapa bagian tubuh. Tapi no worry, aku akan share solusinya. Meskipun nggak 100% menghilangkan masalah (---maaf, aku bukan si Jinny, hihihi), mudah-mudahan cara di bawah ini bisa mengatasi ;)

1. Relaxing bath every once in awhile!
Meski aku exercise dan stretching secara rutin tapi tetap kurva scoliosis yang besar membuat kelenturan tubuhku terbatas. Mandi bisa menjadi kegiatan yang cukup menantang, terutama untuk menjangkau punggung dan sela-sela jari kaki. Supaya urusan membersihkah tubuh tetap maksimal, aku biasanya berendam dengan air hangat sebanyak satu kali seminggu. Selain bermanfaat untuk membersihkan seluruh anggota tubuh, ini juga membantu mengurangi back pain dan pegal-pegal. Kalau perlu gunakan bubble bath atau aroma therapy supaya tubuh semakin relax :)


2. Kurangi "brace mark" dengan scrub buatan sendiri
Banyak scolioser yang harus memakai brace dalam waktu yang lama setiap harinya. Atau... bisa dibilang sepanjang hari, karena biasanya brace harus dipakai 23 jam per hari, hihihi. Baik itu brace dengan tipe hard atau brace dengan tipe soft, keduanya berpotensi meninggalkan bekas di kulit kita. Aku sendiri selalu memakai tank top di baliknya, tapi tetap saja si "special mark" ini tetap ada terutama di daerah bawah lengan, dada dan perut. Meski kita nggak perlu malu with those marks, tapi jika bisa dikurangi kan kenapa nggak ;) Aku biasanya membuat simple scrub dari minyak zaitun (atau bisa diganti dengan minyak kelapa), gula dan sedikit perasan lemon. Campurkan ketiga bahan tersebut, lalu aku gosok memutar ke tempat-tempat yang memiliki brace mark. Hasilnya memang nggak instan, tapi pelan-pelan warna kehitamannya akan memudar, kok.



3. Mousturize is a MUST!
Kulit tubuhku sangat kering dan sensitif. Jangankan brace, kaus yang ketat saja bisa meninggalkan bekas di kulit. Dari mulai bekas kemerahan, kehitaman karena dibiarkan terlalu lama, sampai yang paling parah lecet! Huhuhu. Untuk mencegahnya aku selalu mengoleskan pelembab kulit dulu sebelum memakai brace. Seringnya aku memakai body lotion, tapi kalau sedang membutuhkan perlindungan ekstra aku menggantinya dengan minyak kelapa (coconut oil). Bahan alami ini bagus sekali untuk melembabkan kulit, termasuk membantu menghaluskan kembali luka parut/lecet akibat brace. Supaya praktis dan nggak tumpah-tumpah, aku masukkan minyak kelapa ke dalam jar lalu disimpan di dalam kulkas selama 30 menit. Suhu yang dingin mengubah minyak menjadi solid dan kalau dibiarkan akan lembut seperti Vaseline. Kalau nggak mau cepat mencair campurkan minyak kelapa dengan bahan lain, misalnya essential oil (aku pakai lavender). Tapi setelah memakai pelembab jangan langsung pakai brace, ya. Biarkan dulu sampai meresap, and... you're ready to go! :)


Simple banget ya tips nya? Hehehe. Meski begitu mudah-mudahan tetap bermanfaat. Dan buat yang masih speechless karena baru dapat vonis dan merasa scoliosis itu kaya kiamat mini terutama karena harus pakai brace, please ingat kalau fungsi brace itu untuk membantu kita, ---bukan menyiksa :) Jadi sedihnya sebentar saja dan jangan lupa senyum kembali. Seperti kata Stephen Hawking (sok kenal, hehe), pasti akan selalu ada jalan dan kalau buntu cari jalan yang lain, hihi. Aku juga sempat merasa nggak sanggup dengan urusan bracing ini. Tapi lihat, 7 years with my BFF brace and keep going! Hambatan-hambatan yang aku hadapi dulu pelan-pelan ada solusinya, termasuk soal kesehatan kulit :)

Untuk teman-teman non scolioser, thank you so much ya sudah menyempatkan membaca. Meski mungkin ini nggak practical buat kalian, tapi mudah-mudahan bisa meningkatkan scoliosis awareness. Atau kalau mengenal teman atau kerabat yang mengidap scoliosis, boleh banget lho di-share :) Dan oh, by the way untuk episode "Indi's Scoliosis Life" selanjutnya aku akan membahas tentang "Scoliosis Stereotype". Menurut kalian stereotype apa sih yang sering melekat sama scolioser? Coba tulis dalam 1 atau 2 kalimat stereotype atau image apa yang ingin kalian patahkan. Nanti akan aku bacakan satu persatu di video ;) Okay, sampai bertemu lagi. Ingat ya, kalau aku mangkir lagi tolong jewer, ---tapi pelan-pelan saja, hihihi :)



yang pernah mimpi menang tanding catur sama stephen hawking,

Indi

Get your own SpineCor (soft brace)
Indo Sehat Utama
Ruko Garden Shopping Arcade, Blok B-09 BB Kawasan Podomoro City, Jl. Podomoro Avenue - Tanjung Duren Selatan jakarta Barat 11470. 
Phone: 021 2940 8696

_______________________________


Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com

Selasa, 08 November 2016

Indi Sugar di NET 12 NET TV (bersama UKUiki)


Hi bloggies, apa kabar? Semoga semuanya dalam keadaan baik, ya. Aku juga baik kok, meski saat menulis ini hujan sedang super deras dengan petir yang kencang, hihihi. 
Karena sudah awal November hati masih suasana Halloween, nih. Rasanya nggak sabar mau cerita kostumku tahun ini dan camilan apa saja yang sudah kubuat kemarin. Tapi, ups!... Aku baru ingat kalau berjanji untuk bercerita tentang pengalamanku menjadi bintang tamu di Net TV bulan Juli lalu, hihihi. I know, I know... aku cukup lama menunda untuk bercerita. Alasan pertamanya sih karena belakangan sedang banyak yang harus aku kerjakan, dan alasan keduanya adalah... malas! Jangan ditiru ya, aku punya bad habit untuk break cukup lama setelah melakukan sesuatu :'D *jewer diri sendiri.

Jadi ceritanya dimulai di bulan Mei lalu ketika aku dihubungi oleh UKUiki, ---company yang melayani jasa lukis untuk ukulele dan alat musik lainnya. Mereka bertanya apakah aku mau bergabung di liputan program NET 12 NET TV sebagai penggemar ukulele dan pengguna dari ukulele lukis. Meski excited tapi aku nggak langsung menjawab karena (lagi-lagi) shooting akan diadakan di Jakarta sementara aku tinggal di Bandung. Kesehatanku juga sebenarnya lagi kurang okay karena di bulan yang sama baru saja didiagnosis kista dan hernia (wow, dapat paket cantik, hahaha). Tapi setelah bertanya pada Ibu dan Bapak, akhirnya diputuskan untuk ikut bergabung di liputan bersama UKUiki. Karena rupanya di hari yang sama orangtuaku ada keperluan di Jakarta dan lokasinya cukup dekat dengan lokasi shooting, jadi aku bisa sekalian ikut. By the way sebelum mereka menghubungi, ---dan aku punya ukulele dari UKUiki, ---sebenarnya aku sudah lumayan kenal dengan art work mereka, lho. Mila, salah satu blogger di sini (---"Yuhuuuuu Milaaa, angkat tangannya!") juga pernah cerita kalau ia dapat hadiah ukulele dari UKUiki. Dan sejak itu aku langsung in love dengan desainnya yang dibuat hand painted sesuai pesanan *bayangkan ada love emoji di sini, lol.

Karena shooting akan dilakukan pukul 10 pagi, jadi aku, Ibu dan Bapak berangkat ke Jakarta waktu matahari masih mengintip malu-malu. Sebenarnya jam segitu seharusnya aku lagi mengantuk-mengantuknya, apalagi karena hanya tidur sebentar. Tapi sayang di perjalanan aku nggak bisa tidur, padahal sudah berbekal selimut dan bantal segala, huhuhu. Syukurlah lalu lintas lumayan lancar, jadi aku nggak harus berpegal-pegal karena macet. Tiba di Jakarta aku nggak langsung ke lokasi shooting, ---karena apa daya aku ini cuma nebeng, hehehe. Jadi aku ikut turun di kantor direktorat pajak bersama Ibu dan Bapak, lalu menghubungi kru NET TV untuk minta dijemput dari sana. Butuh waktu sekitar 40 menit sebelum kru menjemputku. Rupanya ada perubahan lokasi shooting jadi mereka harus survey dulu ke lokasi baru sebelum menjemputku. By the way, ini adalah kali pertama aku shooting tanpa ditemani Ibu atau Bapak karena biasanya ada salah satu dari mereka yang ikut ke lokasi untuk menjadi "fotografer" ku. Waktu berpamitan aku jadi sedikit emosional, soalnya Bapak sebenarnya ingin sekali ikut tapi Ibu nggak bisa jika harus mengurus pekerjaannya sendirian. Huhuhu, sniff :'D

Di perjalanan, aku baru diberi script dan konsep untuk shooting nanti. Sebelumnya aku hanya diberitahu untuk menyiapkan sebuah lagu yang nantinya akan aku mainkan. Well, sebenarnya mereka sudah request lagu dari Shakira sih, tapi karena aku nggak akrab dengan lagunya jadi aku ajukan lagu yang lain. Dari 2 pilihan, "The Show" nya Lenka dan "Soul to Squeeze" nya Red Hot Chili Peppers mereka memilih yang pertama (---kok TV-TV suka banget lagu ini, ya? Hahaha). Mereka ingin konsepnya nanti dibuat seperti video clip dan diakhiri dengan wawancara. Aku juga diperlihatkan sebuah video yang menjadi inspirasi konsep mereka ini. Pretty cool, ---nggak girly seperti biasanya, apalagi pilihan lokasinya yang extraordinary. Bukan "aku banget", tapi nggak ada salahnya kan melakukan sesuatu yang baru? :)

Kami tiba di Kemang waktu cuaca lagi asyik-asyiknya alias terik banget, hehehe. Lokasi ini rupanya bekas gedung futsal yang reruntuhannya sekarang dipakai untuk coretan-coretan keren a.k.a grafiti. Aku lumayan aww-ing juga untuk beberapa detik, soalnya belum pernah ke tempat yang seperti ini :p Nggak menunggu lama, sehabis lap-lap wajah pakai tisu plus pakai lipstick sedikit (---gimana atuh, aku memang nggak nyaman kalau pakai makeup, huhuhu) kami langsung mulai shooting. Yang pertama adalah adegan mendengarkan musik di atas tembok berkusen (kayaknya sih bekas jendela). Karena temboknya lumayan tinggi dan setelah 5 kali percobaan masih gagal juga untuk manjat, akhirnya aku punya ide untuk pakai ban bekas sebagai pijakan. Kocaknya, lokasi ban dan tembok itu jaraknya dari ujung ke ujung, jadi aku dibantu dengan 2 kru cantik NET 12 menggelindingkan (---word? Lol) ban sampai selamat ke tempat tujuan, hahaha. Scene ini diambil dari beberapa angle, jadi artinya aku harus melakukan gerakan yang sama berulang-ulang; ambil earphone, putar video di HP (pinjam punya kru, punyaku mati, lol), goyang-goyang sedikit, lepas earphone dan turun dan tembok, ---yang mana cukup menantang, ---sampai semua sudut yang diperlukan dapat. 


Adegan yang kedua lebih tricky karena aku harus berjalan melintasi reruntuhan gedung sementara kamera mengelilingiku. Soal jalan sih gampang, yang aku takutkan itu kalau sampai nabrak kamera. Syukurlah nggak terjadi kecelakaan meskipun harus diulang berkali-kali sampai kakiku kesemutan, hahaha. Nggak terasa tahu-tahu sudah lewat tengah hari dan masih cukup banyak scene yang harus diambil. Mungkin teman-teman ada yang bertanya-tanya, "Memang buat tayang berapa jam sih, kok lama sekali shootingnya?". Lol, ---gue hanya muncul sekitar 2 menit, tapi trust me, aku sudah beberapa kali mengalami yang lebih lama dari ini. Kalau shooting diadakan di rumah biasanya berlangsung dari pagi sampai malam, ---dan tayangnya cuma 5 menit, huahaha... Tapi meski bikin energi terkuras aku tetap mencoba cooperative, soalnya mereka pasti ingin hasil liputannya semaksimal mungkin :)) Selanjutnya diambil adegan-adegan "random" seperti aku sedang berdiri dan menyetel ukulele yang hanya memakan waktu beberapa menit saja.



Karena suara bernyanyi dan permainan ukulele aku sudah pre-recorded, jadi aku pikir untuk scene bernyanyi cukup cuap-cuap saja. Tapi ternyata mereka ingin aku untuk sambil berpose. Kalau pose nyender tembok atau goyang kiri-kanan sih gampil, yang menantang itu kalau lip sync sambil jalan-jalan. Ya, ampun selain ukulele yang terus-terusan melorot (nggak punya strap, hahaha), suara sama mulutku juga kadang nggak singkron. Maklum saja, aku nggak bisa dengar suara yang sudah direkam sebelumnya karena lalu-lintas cukup ramai. Makanya aku legaaaa sekali waktu mereka merasa sudah cukup dengan footage yang didapat dan puas dengan hasilnya. Scene yang terakhir yang perlu diambil tinggal interview. Sengaja diambil belakangan karena (seharusnya jadi) yang paling mudah dan (seharusnya) hanya memakan waktu singkat. Aku pun kembali ke tembok berkusen dan menjejerkan koleksi ukuleleku, ---termasuk yang dari UKUiki untuk dijadikan background saat interview nanti. Tapi tiba-tiba saja... Uh-oh, hujan turun dan langsung super deras! :O

Setengah panik aku langsung memboyong ukulele-ukuleleku ke mobil, ---dua sekaligus di satu tangan, hahaha. Semuanya selamat, ---well, kinda, karena si smiley kesayangan agak retak karena tergelincir di tembok yang licin... Tapi aku nggak boleh BT, jangan sampai hal kecil merusak hari yang baik. Ini kecelakaan, bukan salah siapa-siapa :) 
Dan, jadilah kami menunggu hujan reda di dalam mobil. Saking lamanya aku sampai malas lihat jam dan lebih memilih mencari cara untuk melewati waktu. Mumpung sedang membawa koleksi ukulele, aku pinjamkan saja kepada kru dan aku membuka 'kelas ukulele' dadakan, hahaha. Ternyata cukup berhasil, suasanya menunggu jadi lebih fun dan akrab. Malah jadi berlanjut mengobrol kesana-kemari, termasuk tentang scoliosisku (---mereka awalnya nggak tahu dan cukup surprise karena aku masih bisa dorong-dorong ban berat dan lompat dari tembok, haha).

Sekitar jam 2 siang akhirnya hujan reda juga. Lokasi langsung basah kuyup, termasuk tembok tempat untuk menaruh ukulele-ukuleleku. Waktu semakin mepet, ---kru NET 12 masih harus ke bengkel UKUiki dan matahari sudah semakin redup, ---jadi aku lap-lap saja tembok dengan tisu supaya nggak terlalu basah. I love my ukuleles so much (of course!), tapi aku juga harus bertanggung-jawab dengan 'peranku'. Biarlah ukulele-ukulele ini harus diopname ketika tiba di Bandung nanti, yang terpenting aku sudah berusaha maksimal :) Interview hanya berlangsung sekitar 5 menit dan pada jam 3 sore semuanya sudah selesai. Ah, thank God! Aku pun diantarkan kembali ke Ibu dan Bapak yang sudah menunggu di depan sebuah hotel karena kami mencari jalan tengah. Setelah saling berpamitan, aku dan orangtua langsung pulang ke Bandung. Perjalanan nggak selancar ketika pergi, malah bisa dibilang super macet. Untung saja aku ketiduran jadi tahu-tahu saja sudah sampai di rumah ketika tengah malam, hehehe.



Aku selalu senang dan bersyukur sekali setiap diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman baru yang berharga. ---Karena menurutku "pengalaman baru" itu bukan berarti mengalami sesuatu yang sama sekali asing. Aku bisa saja sudah sudah mengalaminya berkali-kali, tapi tiap moment itu tentu memberi pelajaran yang berbeda. "Every moment is first", begitu kalau meminjam istilah John Frusciante :p Itulah kenapa aku selalu berusaha maksimal di setiap kesempatan, ---nggak peduli seberapa porsi peranku di sana. Aku percaya yang ada hanya "peran", bukan kecil atau besar, ---dan semuanya penting. Lagipula nggak ada ruginya untuk memberikan yang terbaik, karena apa yang kita lakukan adalah apa yang orang lain lihat. Just live your life like you meant it. So, kalau kalian mau melihat penampilan 5 jamku yang diringkas menjadi 2 menit dan ukulele baruku dari UKUiki yang super cute di NET TV (lol), klik di sini, ya. See you soon, dan semoga November kalian menyenangkan! ;)

ukulele girl,

Indi

____________________________________

Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com

Rabu, 05 Oktober 2016

Halloween Party and Pocky Deco: Waktu Halloween Datang Lebih Awal! Yay! :D

Haiiiii bloggies! O, my God! Ini jam setengah 4 pagi dan aku terbangun dari mimpi yang super absurd! Hahaha. Setelah celingak-celinguk bingung mau ngapain, aku putuskan saja untuk menulis di sini. No, ---nggak kok, bukan, aku nggak akan menulis tentang mimpi barusan yang absurd, lol. Tapi aku akan bercerita tentang event fun yang kuhadiri 3 September 2016 yang lalu. Mungkin akan membantuku melupakan mimpi yang cocoknya jadi naskah komedi Scary Movie terbaru (---eh, tapi boleh juga tuh asal aku diperankan sama Anna Faris, hahaha).

Aku selalu mengecek email secara berkala dan sebisa mungkin segera membalasnya. Maklumlah aku mengurus segala macam pekerjaan dari sana, dan email juga jadi salah satu saranaku berkomunikasi dengan Indi's Friends, ---sebutan untuk pembaca novel dan penikmat filmku. Seringnya aku melakukannya dari handphone karena lebih praktis. Tapi handphone juga ada kekurangannya, terkadang ada email yang nggak muncul di notifikasi meskipun nggak masuk ke list spam atau bulk. Nah, ini juga yang terjadi padaku di akhir bulan lalu. Waktu membuka email via PC, aku kaget karena ada email dari Pocky Indonesia

Aku memang sudah lama menjadi fans nya Pocky dan pernah memenangkan kontes fotonya di twitter. Tapi rasanya aku nggak sedang mengikuti kontes lagi, jadi agak bingung juga mendapat email dari mereka. Waktu dibuka rupanya berisi undangan untuk mengikuti Pocky Halloween Party! Surprise sekali, ---dan lebih surprise lagi waktu tahu kalau rupanya mereka sudah mencoba menghubungiku via Indi's Official. Hmm, kenapa nggak disampaikan ke aku, ya?... Ah, sudahlah, yang penting akhirnya undangannya sampai ke tanganku meskipun mepet banget. Saking mepetnya aku sampai nggak yakin akan datang. Apalagi ada dress code nya juga; hitam dan orange. Padahal biasanya aku selalu excited dengan Halloween, tapi karena ini super early (---biasanya at least paling cepat akhir September aku baru menyiapkan kostum), aku jadi bingung harus pakai apa, huhuhu.

Syukurlah di detik-detik terakhir, ---(atau bahasa non lebay-nya 2 hari sebelumnya, lol) Ibu datang dengan ide untuk kostumku. Kami punya kain stripes hitam-putih yang sudah lumayan lama disimpan dan kalau dijahit sepertinya akan mirip dengan kostumnya Beetlejuice, hehehe. Supaya bisa dipakai sehari-hari kami membuatnya dengan model sailor, bukan suit seperti originalnya. Tapi kami nggak meninggalkan dasi hitam ala Beetlejuice, bedanya punyaku modelnya kupu-kupu :) Aku cukup puas dengan hasilnya, meskipun kostumnya nggak "seakurat" tahun-tahun sebelumnya, tapi cukup miriplah, hehehe.



Halloween party ini diadakan oleh Pocky yang bekerjasama dengan Cosmopolitan Indonesia (yay, akhirnya dapat juga acara yang segmennya bukan teenagers, lol). Katanya sih Cosmpolitan memilih beberapa pembacanya yang tergabung dengan "Cosmo Club" untuk mengikuti acara ini. Aku sih belum tahu banyak soal majalah ini, soalnya jujur, ---ehm, aku masih membaca majalah remaja, hahaha. Tapi mungkin aku akan membaca edisi bulan Oktober karena dari web nya sepertinya menarik ;) 
Seperti biasa, karena dipisahkan oleh jarak (hiks), aku dengan diantar Bapak harus pergi pagi-pagi sekali dari Bandung menuju Jakarta. Acaranya dimulai pukul 12 siang di Kaffeine, the Foundry 8 SCBD. Tempatnya masih asing bagi kami jadi mudah-mudahan nggak datang terlambat karena harus putar-putar dulu, hehehe.


Kerennya, perjalanan ternyata super lancar. Kami bahkan sempat berhenti beberapa kali untuk sekedar peregangan (---travelling with severe scoliosis, hehe) dan minum kopi. Padahal biasanya siang sedikit saja Jakarta sudah macet. Baru setelah keluar tol kami agak kebingungan karena mendengar nama SCBD saja belum pernah. Berbekal google map dan GPS kami mencari lokasinya, tapi sayang antara GPS dan kenyataan suka nggak singkron! Mobil sudah jalan ke mana, eh lokasi yang tertulis sudah terlewat beberapa meter, hahaha. Untung saja aku ingat temanku, Habibie Afsyah (---harus ditulis nama lengkapnya, hehehe) yang tinggal nggak begitu jauh dari SCBD. Ternyata dia lebih akurat dan cepat daripada GPS! Dengan tuntunannya kurang dari 10 menit kami sudah tiba di lokasi. Hore! :D Thank you, ya Bie. Sebagai ucapan terima kasih tadinya aku mau kasih 1 truck Pocky, tapi nggak jadi soalnya kan katanya nggak mau ditengokin :p

Di Kaffeine suasana sudah cukup ramai dengan dekor yang Halloween-ish, lengkap dengan Jack O'lantern nya :D Awalnya aku bingung mau duduk dimana dan dengan siapa, soalnya nggak mengenal seorangpun, huhuhu. Yang lain sih sepertinya datang dengan satu atau dua orang temannya karena sama-sama dari Cosmo Club. Untung saja moment canggungnya hanya berlangsung beberapa menit karena aku menemukan 1 girls group dan kami langsung mengobrol seru :) Meskipun di undangannya tertulis jam 11 pagi, tapi sampai jam 1 siang acara belum juga dimulai. Molornya lumayan lama :( Untung saja suasananya super akrab dan kami menikmati lunch dulu. Karena aku nggak makan daging dan menu yang disediakan kebanyakan bebek dan ayam, aku pun makan salad dan BANYAAAAK sekali Pocky untuk makan siang, hahaha. Begini nih asyiknya event Pocky, pasti produk Glico everywhere. Sampai-sampai sebelum acara dimulai aku sudah menghabiskan 1 gelas Pocky yang disediakan untuk berdua. *Maaf :p



Nggak lama setelah kami selesai makan, acara dimulai dengan sambutan dari MC lalu perwakilan dari Pocky dan Cosmopolitan. Mereka menjelaskan apa saja yang akan kami lakukan nanti. Meski aku bukan orang yang terampil di dapur (kecuali urusan microwave, lol) tapi aku excited waktu diberitahu akan mendekor camilan Halloween, ---atau istilahnya Pocky Deco. Aku pikir, well... at least bisa colek sana-sini dan memuaskan sweet tooth ku meskipun hasilnya hancur :p Eh, tapi aku nggak perlu takut hancur-hancur amat sih, soalnya sudah diundang chef untuk memberikan tutorialnya. Namanya Chef Nova yang super ramah dan helpful. Dia memberi tahu apa saja yang bisa kita lakukan dengan macaron, brownies dan cupcakes. Untuk dekornya sudah disediakan garnish, melted chocolate, sprinkles dan of course a lotsa lotsa lotsaaaa Pocky! Meski temanya Halloween tapi dekornya imut-imut, lho. Nggak seram sama sekali, dan yang pasti edible, hihihi.




Bisa ditebak, aku memang banyakan ngemilnya daripada ngedekornya. Sementara yang lain sudah membuat spider, makam dan lain-lain, aku masih stuck dengan Pocky Deco monsternya Dr. Frankenstein, hehehe. Hasilnya pun nggak bagus-bagus amat tapi lumayan miriplah :p *menghibur diri sendiri
Setelah selesai selesai mendekor diadakan mini contest. Jadi yang karyanya mendapat tepuk tangan paling meriah akan diberi hadiah. Aku mah sudah pasti kalah, tapi beruntungnya masih dapat hadiah dari kontes yang lain. Agak malu-maluin, sih aku dapat hadiah mini pouch lucu karena membawa uang paling sedikit di dompet, hahahaha :'D Dan itu bukan hadiah satu-satunya yang kuterima, aku juga mendapatkan movie card sebagai undangan yang asalnya paling jauh. Ya ampun, "prestasi" ku kok aneh-aneh ya? :D



Acara ditutup dengan moment yang paling ditunggu-tunggu yaitu: memukul pinata! Yay! :D Terakhir kali aku mukul pinata berapa tahun lalu ya? Itu juga karena diundang bocah ke pesta ulang tahun, hehehe. Ternyata pinata pumpkin yang nampak menggemaskan itu bandel juga. Kami bergiliran memukulnya dan baru pecah waktu percobaan ke seratus kali (---lol, saking banyaknya dan aku lupa). Berbagai macam sweets pun segera berhamburan! Aku dapat banyak, lho, hampir 100 permen yang aku tampung di dalam topi kertas. Tapi ada juga yang dapat lebih banyak karena ditampung di rok! Hahaha, OMG, cerdas banget :D Yang berhasil mengumpulkan permen terbanyak juga mendapatkan hadiah. Pokoknya Pocky generous banget deh bagi-bagi hadiah terus. Malah saking baiknya Pocky, Pejoy, permen yang tersisa dan dekornya boleh dibawa pulang. Aku sama Dara, ---teman baru, sampai bawa sedotan dan sisa-sisa Pocky di dalam gelas saking "nggak tahu malunya", hahaha :p



Aku langsung pulang setelah acara selesai karena Bapak sudah menjemput (---entahlah beliau habis jalan-jalan ke mana, hehehe). Senang sekali bisa mengikuti Halloween party yang super early ini. Selain belajar mendekor (gagal tapi, huahahaha) aku juga mendapatkan pengalaman dan banyak teman baru. Mereka sih janji kalau bikin acara di Bandung akan menghubungiku. Mudah-mudahan saja betul ya karena aku akan dengan senang hati terlibat dengan acara yang bisa memuaskan sweet tooth ku :p Okay, thank you so much Pocky dan Cosmopolitan! Ditunggu acara selanjutnya, ya! :)



Update: Ternyata ada artikel tentang event Halloween ini di website Cosmopolitan :)




yang selalu happy kalau halloween,

Indi

____________________________________

Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact: namaku_indikecil@yahoo.com